MALANGTIMES - Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang di kawasan Sukun, Kota Malang, hari ini (Jumat 21/6) tampak berbeda. Ya, gunungan itu berubah warna menjadi hitam pekat. Tampak pula buldozer yang tengah melakukan pengerukan di gunungan sampah yang menghitam tersebut.
Dari informasi yang didapatkan MalangTIMES, kemarin (Kamis, 20/6) area tumpukan sampah tersebut sempat terbakar pada pukul 17.00. Ini bukanlah kali pertama terjadi kebakaran di area ini. Tahun 2018 lalu, TPA Supit Urang juga mengalami kebakaran.
Baca Juga : Viral Video Warga Beri Semangat kepada Pasien Positif Covid-19
Kejadian tersebut menjadikan perhatian tersendiri bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Sebab, ada kekhawatiran asap sampah yang mengepul dari kawasan ini bakal mengganggu warga sekitar.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, kebakaran yang terulang tersebut bukan disebabkan adanya percikan api ataupun perokok. Melainkan karena adanya gas metan.
"Bukan karena apa-apa. Itu mungkin karena ditimbunkan di bawah ada gas metan masuk. Jadi, bukan karena percikan api orang merokok, tapi karena gas itu tadi yang rawan memang menyebabkan kebakaran," ujar dia saat melakukan peninjauan langsung ke TPA Supit Urang Kota Malang, Jumat (21/6).
Sutiaji menambahkan, harusnya memang sudah ada pemanfaatan gas metan agar tidak menyebabkan kerawanan kebakaran. Namun, efek negatif positifnya masih tetap terjadi.
"Mestinya kan sudah ada, karena dari kementerian pusat itu sudah ada saluran lindungnya. Jadi tertata, dan mestinya bisa dimanfaatkan. Cuma ya itu masih ada positif negatifnya," pungkasnya.
Sebelumnya, pria yang akrab disapa Aji ini menjelaskan adanya bantuan dari luar negeri sebesar Rp 200 miliar dimaksimalkan untuk penambahan infrastruktur di wilayah TPA Supit Urang. "Karena cost infrastruktur Rp 200 miliar dari Jerman itu hanya diperkirakan mampu menampung sekitar 6-7 tahun. Selain infrastruktur penambahan lahan, sudah tidak bisa dipakai lagi. Sesungguhnya begini ini kan sudah tidak boleh, harus diuruk," pungkas dia.