MALANGTIMES - Drakula selama ini hanya kita kenal dalam cerita fiksi dan film bergenre horor yang sering ditonton di bioskop. Tapi ternyata, tokoh pengisap darah manusia itu ada dalam dunia nyata dan telah dibenarkan dalam sejarah Islam loh.
Dilansir dari channel youtube Ekplorasi Dunia, Drakula dilahirkan saat perang terjadi antara Kerajaan Turki Ottoman sebagai perwakilan Islam dan Kerajaan Hungaria sebagai wakil Kristen. Keduanya saat itu saling berebut untuk menang dan menguasi sederet wilayah, baik yang berada di Eropa maupun Asia. Puncak dari peperangan itu adalah jatuhnya Konstantinopel (Istanbul) atau benteng Kristen terhadap Kerajaan Turki Ottoman.
Baca Juga : Akhir Kisah Sahabat Rasulullah yang Mengatakan Zakat Adalah Pungli
Drakula sendiri diceritakan sebagai seorang laki-laki bernama Vlad Tepes atau Vlad III yang lahir pada Desember 1431 Masehi di Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Vlad II, seorang panglima militer.
Vlad Tepes sendiri dikenal dengan julukan Vlad Draculea. Dracul sendiri memiliki arti naga dan ulea berarti anak. Jika digabungkan, Draculea memiliki arti sebagai anak sang naga.
Draculea kecil saat itu hidup di Vallachia, sebuah daerah yang sangat biasa dengan pembantaian dan mayat tanpa kepala serta darah segar. Ketika berusia 11 tahun, Draculea bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini sebagai bukti kesetiaan ayah Draculea terhadap Kerajaan Turki Usmani.
Selama di Turki, kakak beradik tersebut memeluk ajaran Islam dan sekolah di madrasah. Namun tak seperti adiknya yang tekun belajar, Draculea sering mencuri waktu untuk melihat proses eksekusi mati.
Dia pun saat itu berkesempatan belajar perang dan dunia militer. Kemampuan belajarnya sangat pesat dan dia mampu mengungguli prajurit lainnya. Hal itu membuat Sultan Muhammad II tertarik.
Namun saat kakak beradik ini belajar di Turki, keluarga Vlad di Vallachia mengalami nasib buruk. Ayah Draculea digulingkan dari kekuasannya oleh panglima lokal dan dibunuh di rawa-rawa. Kakak Draculea disiksa hingga buta dan dikubur hidup-hidup.
Pada 1448 Masehi, setelah kematian ayah dan keluarganya, Kerajaan Turki mengirim Draculea untuk kembali menguasai Vallachia dari pemberontakan terstruktur tersebut. Ketika itu, Draculea masih berusia 17 tahun dan berhasil memenangkan peperangan.
Usai berperang, sebagian pasukan kembali ke Turki dan sebagian lagi tinggal di Vallachia. Namun tak disangka, Draculea menyatakan memisahkan diri dari Turki. Para prajurit yang masih bertahan di Vallachia pun dieksekusi dan disiksa.
Masa kepemimpinan Draculea saat itu hanya bertahan sebentar dan berhasil digulingkan. Namun kemudian pada 1456 hingga 1462, Draculea kembali berkuasa. Saat itu adalah masa-masa kelam karena Draculea melakukan banyak kekejaman terhadap masyarakatnya, baik yang muslim maupun kristen.
Baca Juga : Pengantin 'Masker', Anak Kapolsek Beji Menyambut Hari Bahagia di Tengah Pandemi Covid-19
Tak lebih dari 300 ribu umat Islam dibantai pada masa pemerintahan Draculea. Bahkan 400 ribu pemuda Turki yang sedang menimba ilmu di Vallachia pun dia bakar hidup-hidup dalam sebuah gedung. Para petani dan orang miskin pun turut ia bantai dengan cara dibakar pula.
Selain itu, aksi kejam lainnya dari Draculea adalah penyebaran virus penyakit di tempat pemukiman muslim di Vallachia. Hingga pada 1462, Sultan Muhammad II dari Turki mengirimkan 60 ribu pasukan untuk menangkap Draculea hidup atau mati.
Pemimpin pasukan yang dikirim itu adalah Radu, aduk kandung Draculea. Sebelum pasukan Turki tiba, Draculea kembali melakukan aksi kejamnya. Sekitar 20 ribu muslim yang tersisa dibantai dengan cara yang sangat kejam. Mayatnya pun digantung di sepanjang sungai mencapai 10 kilometer.
Hal itu dilakukan untuk mengendurkan semangat pasukan Turki. Namun pada akhirnya pasukan Turki berhasil mengepung benteng pasukan Draculea. Karena terdesak, Draculea melarikan diri dari Hungaria melalui lorong rahasia. Hingga pada 1475 Wallachia kembali dikuasai Kerajaan Turki sebelum akhirnya direbut kembali oleh Draculea dengan bantuan Pasukan Salib.
Namun akhirnya Draculea mati dalam peperangan dengan Turki yang dipimpin Sultan Muhammad II pada 1476. Kepala Draculea dipenggal dan dibawa ke Konstantinopel untuk diperlihatkan kepada rakyat Turki.