Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Wisata

Melestarikan Alam dengan Cinta, Wujud Wisata yang Bertanggungjawab

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

19 - Oct - 2025, 06:43

Placeholder
Aksi teatrikal berjudul Ati Nyawiji Alam Nyekseni di Forest Talk bertajuk Ecotourism with local wisdom for a sustainable future. (Foto: Pipit Anggraeni/ JatimTIMES)

JATIMTIMES - Aksi teatrikal berjudul Ati Nyawiji Alam Nyekseni membuat suasana malam Wana Wisata Taman Kemesraan terasa berbeda. Puluhan tamu yang datang dalam agenda Forest Talk bertajuk Ecotourism with local wisdom for a sustainable future dibuat kaget sekaligus takjub. 

Agenda yang digelar Perhutani KPH Malang ini memang sengaja dikemas berbeda. Menggandeng Komunitas Budaya Penak Goblok, upaya ini bertujuan menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan memperkuat gerakan konservasi lingkungan, Sabtu (18/10/2025). 

Baca Juga : LPBH NU dan Ansor Kabupaten Malang Laporkan Trans7 dalam Perkara Pelecehan Kiai dan Pesantren

Pada awal pertunjukan, tamu yang hadir dikagetkan dengan suara tembakan dan gemuruh gergaji. Di sudut lokasi camping bahkan terlihat kobaran api yang sangat membara. Itu menjadi simbol keresahan atas perburuan liar, pembalakan hutan, hingga pengrusakan alam yang banyak terjadi akhir-akhir ini.

Salah satu adegan dalam tetrikal berjudul Ati Nyawiji Alam Nyekseni. (Foto: Pipit Anggraeni/JatimTIMES)

Salah satu adegan dalam tetrikal berjudul Ati Nyawiji Alam Nyekseni. (Foto: Pipit Anggraeni/JatimTIMES)

Dalam aksi itu, tamu diajak melihat langsung betapa besar akibat yang terjadi lantaran aktivitas tak bertanggungjawab terhadap alam. Kerusakan terjadi di mana-mana dan menimbulkan keresahan bagi berbagai sektor kehidupan. 

Administratur/Kepala Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang Kelik Djatmiko mengungkapkan, aksi teatrikal ini sengaja disuguhkan untuk kembali menggugah hati masyarakat akan pentingnya menjaga alam.

“Teatrikal kebakaran, pembalakan, dan perburuan liar ini menjadi simbol ancaman yang dampaknya adalah pada ekosistem,” katanya di sela bincang hangat bersama tamu undangan yang datang.

Perilaku yang tidak bertanggungjawab terhadap alam menurutnya menjadi tantangan terbesar saat ini. Karena alam merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan kehidupan manusia yang harus dijaga. Menjaga alam juga harus selaras dengan nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat. Bukan hanya menikmati, tapi juga saling menghormati.

“Mode wisata yang bertanggungjawab tidak hanya menikmati keindahan alam, tapi juga menghormati nilai-nilai pengetahuan dan tradisi yang ada di masyarakat,” tambah Kelik.

Administratur/Kepala Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang Kelik Djatmiko saat memberikan sambutan dalam acara Forest Talk bertajuk Ecotourism with local wisdom for a sustainable future. (Foto: Pipit Anggraeni/JatimTIMES)

Administratur/Kepala Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang Kelik Djatmiko saat memberikan sambutan dalam acara Forest Talk bertajuk Ecotourism with local wisdom for a sustainable future. (Foto: Pipit Anggraeni/JatimTIMES)

Baca Juga : Bermitra dengan Badan Gizi Nasional, Djoni Sudjatmoko Dirikan 6 Dapur Makan Bergizi Gratis

Aksi teatrikal ini bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu aktivitas wisata yang disuguhkan kepada wisatawan. Dengan melibatkan masyarakat lokal, aksi yang menyentuh bisa menggerakkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya melestarikan alam. 

Selain teatrikal, wujud cinta terhadap alam juga dilakukan melalui penanaman pohon. Tamu yang hadir diajak langsung menanam bibit pohon sukun. Waktu malam hari dipilih lantaran memiliki filosofi ketenagan, keheningan, dan kedamaian.

“Malam mewakili ketenangan, keheningan dan kedamaian. Agar pohon ini tumbuh dengan baik. Kami tanam juga dekat dengan sumber air," tambahnya.

Penanaman pohon menjadi aktivitas rutin yang dilakukan Perhutani Malang. Dalam satu tahun, setidaknya 100 ha lahan yang ditanami bibit baru. Upaya ini diharapkan bisa menjadi langkah tepat untuk terus menjaga alam. 

Bambang Haryanto, perwakilan Komunitas Budaya Penak Goblok menyampaikan jika teatrikal yang disuguhkan juga mejadi simbol hubungan antara manusia dan alam. Di mana dalam budaya jawa terdapat falsafah Hamemayu Hayuning Bawana. Yaitu membuat dunia menjadi indah dan lestari. Upaya yang dilakukan adalah menjaga keselarasan antara manusia, alam, dan sang pencipta.

“Dalam filosofis ini salah satunya kita diajarkan harus tahu diri dan tahu batas. Kemudian memperindah sesama dan memperindah keindahan jagat raya,” terang Bambang.


Topik

Wisata Taman Kemesraan Taman Wisata Forest Talk teatrikal perusakan Hutan Kota Batu Kota Malang Kabupaten Malang



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Sri Kurnia Mahiruni