JATIMTIMES – Suasana di Jalan Kenari, Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, pada Senin pagi, 29 September 2025, terasa berbeda. Deretan tenda sederhana berdiri, spanduk besar menyambut kehadiran dua pejabat yang menjadi pusat perhatian: Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, akrab disapa Mas Ibin, dan anggota DPR RI Komisi VIII, Endro Hermono. Keduanya hadir untuk meresmikan operasional Sentra Penyediaan Pangan dan Gizi (SPPG) Plosokerep 1 dan SPPG Plosokerep 2.
Peresmian ini bukan sekadar simbolis. Dengan tambahan tiga SPPG baru, dua di Sananwetan dan satu di Kepanjenkidul, jumlah penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Blitar kini menembus angka 20 ribu jiwa. Angka itu mencakup siswa sekolah, ibu hamil, hingga ibu menyusui.
Baca Juga : Sukses Gelar Porprov IX, Pemkot Malang Kucurkan Bonus Rp18 Miliar untuk Atlet
Dalam sambutannya, Mas Ibin menjelaskan bahwa penambahan tiga SPPG hari ini membuat total enam dapur besar sudah beroperasi di Kota Blitar. Dari target 22 SPPG, sepertiga kini telah berjalan. “Kurang lebih 20 ribu sasaran sudah menerima makan bergizi gratis dari total 60 ribu sasaran di Kota Blitar,” ujarnya.
Ia menyebut, antusiasme masyarakat begitu besar sejak awal program ini diperkenalkan. Banyak orang tua maupun siswa yang kerap menanyakan kapan giliran sekolah mereka mendapat jatah. “Anak-anak sampai bertanya, ‘Pak Wali, kapan sekolah kami dapat makan bergizi gratis?’” ungkapnya.
Menurutnya, program ini adalah kebahagiaan bersama, baik bagi pemerintah daerah maupun warga. Ia menilai wajar bila pada tahap awal ada beberapa catatan teknis yang masih perlu diperbaiki. “Namanya juga baru mulai, pasti ada yang belum sempurna. Tapi kami pastikan, melalui tim monitoring dan Forkopimda, setiap dapur dan menu selalu diawasi dengan ketat,” tegasnya.

Mas Ibin menyinggung fenomena di beberapa daerah lain yang sempat mengalami kasus keracunan massal. Ia menegaskan bahwa Kota Blitar sudah menyiapkan langkah antisipasi sejak awal. Tim gabungan Forkopimda dibentuk dengan tiga mandat utama: memastikan kejelasan sasaran, memantau proses memasak di setiap dapur, dan merespons cepat jika ada kejadian luar biasa.
“Memasak untuk 20 orang berbeda dengan untuk 3.000 orang,” katanya, menggambarkan tantangan skala besar yang kini dihadapi para pengelola. Ia juga menekankan perlunya evaluasi berkelanjutan, termasuk penyesuaian menu agar sesuai dengan kebutuhan khusus, misalnya bagi anak-anak yang memiliki alergi tertentu.
Selain aspek teknis, Mas Ibin menyinggung pentingnya kolaborasi dengan Koperasi Merah Putih yang juga digagas pemerintah pusat. “Kami ingin penyelenggara MBG berkolaborasi dengan koperasi dalam penyediaan bahan. Dengan begitu, terjadi sinergi yang memperkuat rantai pasok sekaligus membuka lapangan kerja bagi warga sekitar,” jelasnya.
Sementara itu, Endro Hermono dalam sambutannya menyoroti konteks nasional. Ia mengingatkan, program MBG merupakan gagasan Presiden Prabowo Subianto dengan alokasi anggaran fantastis, Rp120 triliun. Namun hingga saat ini, realisasi baru sekitar Rp8 triliun.
“Sebulan lalu kami dipanggil Presiden di Istana. Beliau menekankan pentingnya program ini, karena tujuannya sangat mulia. Dengan tambahan tiga SPPG di Kota Blitar, saya berharap pelaksanaan MBG semakin lancar,” ujar Endro. Ia menyebut kerja keras di lapangan memang ditangani pemerintah daerah, tetapi keberhasilan program ini menjadi kebanggaan bersama.

Sekretaris Satgas MBG sekaligus Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar, Dindin Alinurdin, menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada laporan keracunan atau makanan basi di Blitar. Menurutnya, kunci keberhasilan ada pada manajemen distribusi.
Baca Juga : Wabup Gresik Cicipi Menu MBG, Pastikan Layak Konsumsi
“Pertama-tama, SPG bersama sekolah sasaran menentukan jam konsumsi anak, karena tiap jenjang berbeda. TK dan PAUD biasanya lebih pagi, SMP menjelang siang, sedangkan SMA juga pada siang hari.Itu harus diatur agar makanan sampai dalam kondisi segar,” terangnya.Ia menambahkan, pihak sekolah juga bisa memberi masukan soal menu yang lebih disukai anak-anak, meski kandungan gizi tetap menjadi prioritas utama.
Setelah prosesi pemotongan pita di Plosokerep, rombongan Wali Kota beralih ke SDN Karangtengah 1. Di sana, Mas Ibin menyempatkan diri berinteraksi langsung dengan murid-murid penerima manfaat MBG. Suasana kelas berubah hangat ketika para siswa menikmati sajian siang mereka.
Melihat keceriaan itu, Mas Ibin sempat bergurau bahwa dirinya ingin kembali menjadi murid sekolah dasar. “Saya jadi pengen sekolah lagi, karena dulu waktu kecil tidak ada program seperti ini,” ujarnya. Ia menilai kualitas makanan yang disantap anak-anak cukup baik, dengan nasi hangat, lauk bergizi, dan porsi yang memadai.
Ia meyakini, program ini akan berdampak besar pada masa depan generasi muda Blitar. “Kalau anak-anak kita kenyang dan gizinya tercukupi, mereka bisa belajar lebih baik. Tidak ada lagi kekhawatiran soal stunting atau kekurangan gizi,” tambahnya.

Dengan wajah anak-anak yang tersenyum menikmati makan bergizi di kelas, Wali Kota Mas Ibin menegaskan bahwa MBG bukan sekadar program tetapi investasi masa depan. Kolaborasi pemerintah pusat, DPR RI, pemerintah daerah, dan masyarakat membuktikan bahwa Blitar serius menghadirkan kualitas gizi bagi warganya. Dari Plosokerep hingga SDN Karangtengah 1, optimisme itu menemukan wujudnya, anak-anak sehat, gizi terpenuhi, dan generasi Kota Blitar siap menyongsong masa depan yang lebih gemilang.