Review Film The Black Phone 2: Teror Lama Kembali, Tapi Tak Lagi Mencekam
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
19 - Oct - 2025, 08:11
Awas artikel ini mengandung spoiler.
JATIMTIMES - Sekuel film horor The Black Phone 2 akhirnya tayang di bioskop sejak 15 Oktober 2025. Film ini melanjutkan kisah tentang “The Grabber”, sang penculik sadis anak-anak yang sempat membuat bulu kuduk penonton berdiri di film pertamanya. Namun, apakah sekuelnya mampu mempertahankan ketegangan yang sama?
Sayangnya, meski mencoba memperluas dunia dari film pertama, The Black Phone 2 justru terasa kehilangan arah dan daya gigitnya.
Baca Juga : Pesantren: Cermin Islamisasi dari Sistem Pendidikan Kuno Nusantara
Film ini masih disutradarai oleh Scott Derrickson dan ditulis bersama C. Robert Cargill, duo kreatif di balik film pertama. Kisahnya tetap berfokus pada Finn (Mason Thames) dan adiknya, Gwen (Madeleine McGraw), yang kini berhadapan lagi dengan arwah The Grabber (Ethan Hawke).
Jika di film pertama The Grabber adalah manusia kejam yang beraksi di dunia nyata, kali ini ia kembali sebagai sosok supernatural yang bisa muncul melalui mimpi. Perubahan arah cerita ini membuat The Black Phone 2 terasa seperti gabungan antara The Nightmare on Elm Street dan film horor klasik tahun 1980-an lainnya.
Finn dan Gwen diceritakan sedang terjebak di sebuah perkemahan Kristen di daerah bersalju ketika mereka kembali dihantui oleh sosok tersebut. Gwen mendapatkan penglihatan dari arwah ibunya dan para korban pertama Grabber, sementara Finn berusaha melindunginya.
Namun, alur cerita yang dipenuhi kilas balik dan simbol-simbol religius justru membuat film ini terasa bertele-tele dan terlalu banyak muatan.
Dilansir dari The Guardian, jika film pertamanya sukses menciptakan ketegangan lewat kesederhanaan dan suasana menekan, sekuelnya disebut malah terjebak dalam plot yang terlalu kompleks. Derrickson tampak ingin membuat kisah yang lebih dalam secara emosional, tapi justru membuatnya kehilangan fokus.
Elemen supranatural dan religius yang ditambahkan terasa seperti upaya untuk menarik penonton yang menyukai film bergaya The Conjuring. Namun, alih-alih menambah ketegangan, hal itu malah membuat The Black Phone 2 terasa lebih seperti drama spiritual ketimbang film horor murni.
Ethan Hawke masih tampil kuat sebagai The Grabber, meski kali ini wajahnya hampir tak terlihat karena topeng yang terus ia kenakan. Sayangnya, karakter tersebut tak lagi menakutkan seperti sebelumnya, tidak ada kejutan baru atau sisi psikologis yang dieksplorasi lebih dalam.
Menariknya, The Black Phone 2 banyak mengambil inspirasi dari film klasik seperti A Nightmare on Elm Street 3: Dream Warriors dan Curtains (1983). Namun, referensi tersebut lebih terasa sebagai tempelan daripada penghormatan yang kuat.
Tekstur gambar yang dibuat seolah menggunakan film 8mm mungkin dimaksudkan untuk memberikan nuansa mimpi atau dunia lain, tetapi justru mengganggu karena terasa dipaksakan. Hasilnya, adegan-adegan horor yang seharusnya menegangkan malah kehilangan intensitas.
Sementara itu, mengutip Polygon, ide cerita sekuel ini datang langsung dari Joe Hill, penulis cerita pendek asli The Black Phone sekaligus putra dari Stephen King. Dalam wawancara bersama Polygon, C. Robert Cargill mengungkapkan bahwa Hill sendiri yang mengusulkan ide awal film ini.
Baca Juga : Prigen Coffee Fest 2025: Kopi, Seni, dan Alam Menyatu di Kaki Gunung Arjuno
“Joe Hill menelepon saya dan berkata, ‘Aku punya ide paling konyol,’” tutur Cargill.
"Intinya adalah, telepon itu berdering, Finny menjawab, dan ternyata yang menelepon adalah The Grabber dari neraka.” tambahnya.
Dari sinilah muncul konsep bahwa arwah The Grabber kini menjadi bagian dari dunia spiritual, dengan topengnya melebur menjadi wajahnya sendiri. Sebagian ide Joe Hill dimasukkan ke film, sebagian lagi diubah untuk menyesuaikan alur baru yang lebih luas.
Meski banyak yang berspekulasi akan ada kelanjutan, Derrickson mengaku belum memikirkan The Black Phone 3. Dalam wawancara di Fantastic Fest 2025, ia mengatakan tidak ingin membuat film hanya demi melanjutkan waralaba.
“Saya harus memperlakukan setiap film seolah itu yang terakhir,” ujar Derrickson.
“Kami belum pernah berdiskusi tentang Black Phone 3, dan saya juga tidak tahu apakah itu akan terjadi.” imbuhnya.
Cargill menambahkan, pihaknya baru akan membuat sekuel lagi jika ada ide yang benar-benar menarik. “Kalau ada gagasan yang cukup kuat untuk membuat kami rela menghabiskan satu tahun hidup demi itu, mungkin akan kami lakukan. Tapi kalau hanya demi melanjutkan seri, kami tidak tertarik,” tegasnya.
The Black Phone 2 kini tayang di bioskop Indonesia mulai pertengahan Oktober. Penayangannya serentak juga terjadi di bioskop internasional, termasuk di Australia, Amerika Serikat, dan Inggris.