Kisah Wanita Penyisir Putri Firaun: Rela Menanggung Siksa Dunia untuk Akhirat
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
31 - May - 2025, 08:46
JATIMTIMES - Pada malam Isra', Rasulullah SAW merasakan aroma harum yang luar biasa. Aroma itu bukan datang dari bunga atau rempah, melainkan dari kemuliaan seorang wanita yang rela menanggung siksaan dunia demi menghindari siksa akhirat yang lebih pedih.
Kisah ini diabadikan oleh Abul Fida’ Abdurraqib bin Ali bin Hasan Al-Ibi dalam karya legendaris Karamat Al-Auliya’, yang diterjemahkan oleh Abdurrosyad Shidiq dan mengutip riwayat Imam Ahmad.
Baca Juga : Di Bawah Asuhan Ratu Dwarawati: Jejak Kebo Kenanga dan Kebo Kanigara, Pewaris Darah Pengging
Menurut riwayat yang disampaikan Rasulullah SAW, saat perjalanan malam Isra’, beliau bertanya kepada malaikat Jibril tentang sumber aroma harum tersebut. "Wahai Jibril, aroma apa ini yang begitu semerbak?" tanya Nabi.
Jibril pun menjawab, "Itu adalah bau harum dari seorang wanita yang menyisir putri Firaun bersama anak-anaknya."
Rasa penasaran Nabi SAW membawanya untuk menanyakan nasib wanita itu. "Apa yang terjadi pada wanita itu?" lanjut Nabi.
Jibril menceritakan bahwa suatu ketika, saat wanita tersebut sedang menyisir rambut putri Firaun, sisirnya terjatuh. Tanpa sadar, wanita itu mengucapkan, “Dengan nama Allah.” Putri Firaun yang penasaran bertanya, "Apakah itu ayahku yang kau maksud?".
Wanita itu menjawab dengan tegas, "Bukan. Itu adalah Tuhanku dan Tuhan ayahmu, Dialah Allah." Tak puas, putri Firaun ingin tahu apakah boleh memberitahu ayahnya tentang hal ini.
"Bolehkah aku memberi tahu ayahku?" tanya putri Firaun. "Iya, boleh," jawab wanita itu.
Namun, setelah putri Firaun mengabarkan hal tersebut, wanita tersebut segera dipanggil oleh Firaun sendiri. "Apa benar kamu menyembah Tuhan selain aku?" tanya Firaun dengan nada keras. Dengan penuh keyakinan, wanita itu menjawab, "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
Firaun yang merasa terancam kemudian memerintahkan untuk mempersiapkan sebuah wajan besar berisi air mendidih. Wanita itu dan anak-anaknya kemudian dilemparkan satu per satu ke dalam wajan itu.
Namun, sebelum menghadapi siksaan tersebut, wanita itu sempat mengajukan permintaan. "Aku mohon, kumpulkan tulangku dan tulang anak-anakku, bungkus dengan selembar kain, dan kuburkan kami dalam satu liang lahat," pinta wanita itu.
Baca Juga : Bacaan Doa Novena Roh Kudus dan Tata Cara Doanya
Firaun kemudian mengiyakan permintaan itu. Saat giliran seorang ibu bersama bayinya yang masih menyusu, bayi itu tampak melihat ibunya dengan ragu-ragu. Namun, dengan suara kecil, sang bayi berkata, “Ibu, masuklah. Siksaan dunia itu lebih ringan daripada siksaan akhirat.”
Mendengar itu, wanita tersebut pun berani melangkah masuk ke dalam wajan berisi air panas itu.
Penulis Karamat Al-Auliya’, Abul Fida’ Abdurraqib, menyebut bahwa sanad (isnad) hadits ini adalah hasan, yang menunjukkan kredibilitas riwayat tersebut. Sementara Ibnu Katsir dalam At-Tafsir juga menyatakan isnad hadits ini dapat diterima dan tidak bermasalah.
Kisah tragis wanita penyisir putri Firaun tidak bisa dilepaskan dari konteks kezaliman Firaun sendiri. Dalam Al-Qur’an, Firaun digambarkan sebagai penguasa yang sombong dan mengaku sebagai Tuhan, menolak dakwah Nabi Musa AS.
Allah SWT berfirman dalam QS Al A’raf ayat 103:
"Kemudian, Kami utus Musa setelah mereka dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya. Lalu, mereka mengingkarinya. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."
Firaun dan para pengikutnya menolak kebenaran dengan keras kepala, sehingga mereka mendapatkan azab yang pedih akibat kezaliman dan kesombongan mereka.
