JATIMTIMES – Wisata Petik Apel (Mitra Apel) di Jl. Oro-Oro Ombo No. 7, Temas, Kec. Batu, Kota Batu menjadi salah satu bentuk upaya peningkatan ekonomi petani Apel.
Wisata petik apel merupakan usaha milik masyarakat Kota Batu, yang mulai beroperasi sejak tahun 2015. Harga tiket masuk dihitung dari anak usia 3 tahun sampai dewasa, dengan tarif Rp 25-30 rb per/orang. Untuk masuk ke wisata ini, pengunjung harus menggunakan kendaraan pengganti yang telah disediakan.
Pengelola wisata Mitra Apel Batu Kuswidiharto menuturkan, adanya wisata ini guna meningkatkan harga jual petani Apel yang rendah. Dengan panen yang melebihi batas, akan tetapi harganya murah.
“Dulu petik Apel ini bukan wisata, tapi waktu itu musim panen melebihi batas, tetapi harga Apelnya murah dengan harga Rp 2 rb per/kg. Akhirnya kita usahakan dan kerja sama, agar petani tidak rugi. Dari yang harganya Rp 2 rb, kita bisa memberikan ke petani RP 7-10 rb,” kata Kuswidiharto, Senin (20/02/2023).
“Harga pasaran yang jual sekarang antara Rp 8-12 rb. Dengan kita masuk ini, harga ke petani bisa Rp 15-17 rb, kalau ada pengunjung kita jualnya Rp 25 rb. Jadi, yang kita jual dengan harga Rp 15 rb, maka Rp 10 rb milik petani dan yang Rp 5 ribu milik kita. Dari Rp 5 rb ini, kita gunakan untuk membiayai karyawan, kantong plastik dan sebagainya,” jelasnya.
Tersedia beberapa jenis Apel yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Mulai dari Apel RB atau Apel Malang hingga Apel Mana Lagi. Pengunjung bisa membawa pulang Apel tersebut, dengan membayar Rp 25-30 rb per/kg.
“Rata-rata yang digunakan adalah Apel Mana Lagi yang berwarna hijau kuning. Kemudian yang warna merah jenis Apel RB atau Apel Malang itu rasanya asam manis. Ada Kemudian ada Apel Anna yang asam manis tapi dagingnya empuk, dan Apel Green Smith. Kita hanya punya 4-5 kebun yang ada jenis Apel tersebut,” ucap Kuswi.
Kuswidiharto mengatakan, untuk buah Apel tidak mengenal musim atau akan berbuah terus. Tetapi, jika curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan kelangkaan buah Apel.
“Buah Apel tidak ada musim tiap hari berbuah, cuma kadang karena faktor hujan. Biasanya curah hujannya terlalu tinggi, sehingga bunganya tidak jadi dan akhirnya di pertengahan musim ada kelangkaan buah apel. Misalnya, kemarin antara bulan 1-2 gk musim kemarau jadi curah hujan tinggi pada bulan 9-10, itu yang mempengaruhi produksi Apel,” katanya.
Kebun Apel dari masyarakat yang dijadikan wisata petik buah, sudah mempunyai jadwal yang disediakan oleh petugas. Penjadwalan setiap minggu, akan berpindah-pindah dari kebun yang satu ke kebun yang lain.
“Kadang 2 minggu atau 10 hari sekali, kita pindah kebun atau petani dan kita sudah ada urutan petani yang akan dipanen Apelnya. Kalau petani siap bulan ini, berarti untuk musim depan kita ganti lagi yang lain. Pemiliknya sistem lepas, misalnya apel ini berbuah sudah tua akan dilepaskan ke kita yang mengelola untuk penjualan. Mereka hanya merawat, karena setiap petani beda-beda perawatannya,” pungkasnya.