MALANGTIMES - Kemajuan era digital tidak boleh hanya dilirik pemerintah dan pemangku kebijakan saja. Anak muda tentu juga harus ikut andil di dalamnya.
Terutama ketika akan melakukan perubahan lewat karya-karyanya yang luar biasa.
Baca Juga : Didi Kempot Gelar Konser Amal dari Rumah, Hanya 3 Jam Donasi Capai Rp 5,3 Milliar
Tentu generasi muda tidak boleh hanya sekadar mengonsumsi kecanggihan era digital sebatas untuk eksistensi diri.
Sebab, kecanggihan digital membuat zaman kian terbuka. Suara setiap pemuda dari berbagai daerah akan mudah didengar oleh siapapun, termasuk para pemegang kebijakan di negeri ini.
Sudah saatnya, anak muda mengikuti tren kekinian saat ingin melakukan kritik terhadap fenomena sosial maupun kebijakan pemerintah yang tak prorakyat.
Termasuk saat akan menyuarakan pesan-pesannya lewat karya sastra.
Itulah sekelumit pesan yang disampaikan Pemimpin Redaksi Media Online berjejaring terbesar di Indonesia, MalangTIMES (JatimTIMES Grup) Heryanto dan Ketua Lesbumi Kota Malang Muhammad Berlian Alhamid dalam diskusi yang digelar di Coffee Times, lantai dua Pasar Terpadu Dinoyo, Rabu (16/10/2019) malam.
Diskusi digelar bersamaan dengan agenda 'Malam Umbar Kata, Gugat Ketahanan Pangan Asing' yang digelar di Coffee Times.
Dalam diskusi warung kopi itu, Heryanto menjelaskan sastra bukanlah karya yang dengan mudah dinikmati semua kalangan. Apalagi jika kemasannya tidak menarik.
"Penikmat sastra zaman dulu dengan sekarang, misalnya puisi pasti beda. Karya puisi cukup disebarluaskan hanya dengan tulisan saja. Bagi generasi milenial sekarang hal itu tentu tidak cukup, karena medianya juga sudah berubah," bebernya.
Era teknologi, lanjutnya, mampu menyajikan lebih dari sekadar tulisan. Ada suguhan video yang sekarang lagi digemari generasi milenial.
Selain menyebarluaskan puisi dalam bentuk tulisan akan lebih sempurna jika karya itu dihadirkan dalam bentuk yang lebih lengkap yakni tulisan dan video.
"Ekspesi, gimik dan mimik wajah sang penyampai pesan akan lebih terlihat sehingga kandungan makna puisi akan jauh lebih bisa dicerna para penikmatnya," jelas Heryanto.
Oleh karena itu, menurutnya, para pegiat sastra pun harus memiliki cara yang berbeda dalam memublikasikan karya-karynya.
Salah satunya dengan memanfaatkan media massa berbasis digital yakni media online.
Sebab, sejauh ini, pegiat sastra kebanyakan masih mengacu pada media konvensional untuk menyampaikan pesan lewat karya-karyanya.
Di era digitalisasi, pola itu semestinya sudah berubah.
Baca Juga : SBY Persembahkan 'Cahaya Dalam Kegelapan', Lagu Bagi Para Pejuang Covid-19
"Pola memanfaatkan media konvensional mestinya bergeser. Karena ketika media konvensional hanya menyampaikan tulisan, maka media online bisa menyampaikan video yang menggambarkan secara visual ekspresi pembaca puisi," terang pria yang akrab disapa Heri ini.
Dengan perubahan yang terus bergerak itu, Heri mengajak pegiat sastra untuk jeli melihat perkembangan zaman kekinian.
Sehingga, pesan yang ingin disampaikan tersalur kepada khalayak luas.
Selain itu, maksud dan esensi karya yang dibuat dapat tertangkap dengan baik.
"Coffee Times yang merupakan bagian tak terpisahkan dari MalangTIMES ingin memberikan wadah pada pegiat sastra. Khususnya mahasiswa untuk aktualisasi karya-karyanya. Ngobrol budaya di warung kopi hasilnya kita publikasikan ke masyarakat lewat JatimTIMES Grup," jelasnya.
Ketua Lesbumi Kota Malang Berlian Alhamid menambahkan, aktualusasi diri para pegiat sastra sangat penting dilakukan.
Sebab, karya sastra jangan hanya sekadar dinikmati tapi harus dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan positif untuk mewarnai peradaban.
"Jadi, tidak heran jika karya-karya spektakuler para seniman dulu menjadi inspirasi bahkan mampu mengubah kebijakan," jelasnya.
Menurut Berlian, aktulalisasi karya sastra dengan cara menggandeng media sebagai salah satu pilar demokrasi memang perlu dilakukan.
Sehingga, karya yang dibuat dapat tersiar lebih luas dan pesannya sampai secara utuh.
"Diskusi di warung kopi disinergikan dengan kecanggihan era digital akan menjadi cara kekinian dan efektif untuk menyampaikan pesan-pesan budaya dan sastra," ucapnya.
Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, peserta yang hadir juga berkesempatan mendengarkan pembacaan puisi dari pria yang akrab disapa Bang Ber itu.