Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Meski Down Syndrome, Remaja Ini Mampu Jadi Drummer, Simak Kisah Hidupnya

Penulis : Luqmanul Hakim - Editor : Lazuardi Firdaus

29 - Mar - 2019, 22:08

Placeholder
Imansyah Aditya Fidri (Adit) drummer cilik dan Emsyarfi (ibunda Adit) saat datang ke Kota Malang (foto: Luqmanul Hakim/Malang Times)

MALANGTIMES - Memiliki kelainan pada genetik sejak lahir bukanlah halangan untuk berprestasi. Namun, jika anak tersebut diberikan kesempatan, maka bisa saja anak tersebut berprestasi bahkan melebihi anak normal. Hal itulah yang memotifasi Emsyarfi perempuan asal Payakumbuh, Sumatera Barat dalam mendidik anaknya Imansyah Aditya Fidri yang dikenal dengan Adit penderita Down Syndrome.

Baca Juga : Menghilang, Satu Pendaki Gunung Panderman Ditemukan Tewas, Saksi Sebut Seperti Kesurupan

Down Syndrome sendiri merupakan penyakit kelainan genetik bawaan sejak lahir. Mendidik anak Down Syndrome untuk memiliki bakat bukanlah hal yang mudah. Butuh waktu, tenaga bahkan biaya ekstra untuk sekedar memiliki kemampuan.

Namun, hal tersebut bukanlah masalah bagi Emsyarfi. Mengawali mendidik adit yang dulunya seorang anak yang pasif, ia memberikan pelajaran keterampilan tangan. Namun karena dirasa hal tersebut kurang pas untuk dilakukan hingga dewasa, akhirnya ia menambahkan keterampilan untuk Adit di bidang musik.

"Dulu Adit itu anak pasif, jadi saya yang pilihkan keterampilan," ujar Emsyarfi Ibunda Adit kepada MalangTIMES.

"Awalnya Adit saya berikan keterampilan mewarna, menulis, menggunting dan aneka keterampilan tangan lainnya, dan dia bisa. Tapi saya pikir keterampilan itu bukanlah hal yang menyenangkan untuk dilakukan sampai dewasa, nah saya menambah keterampilannya dalam bermusik," lanjutnya.

Keterampilan bermusik yang diberikan kepada Adit sendiri awalnya diberikan dengan membelikan kendang, organ, kulintang, harmonika dan lain sebagainya dengan ukuran yang kecil dari alat musik aslinya.

"Kalau Adit dibelikan yang mainan, dipakai sebentar langsung dibanting, jadi harus sesuai dengan apa yang didengarnya di televisi," terangnya.

Namun, karena ia melihat sang anak memiliki kelebihan energi dan lebih suka mengetuk, seperti mengetuk kendang, kursi, bahkan tembok diketuknya, akhirnya dipilihkannya alat musik drum untuk Adit sejak di usia 11 tahun.

Kemudian, ia mengatakan bahwa ketika melihat Adit memiliki kemampuan tersebut, ia berfikir jika anak down syndrome diberi kesempatan maka dia akan bisa.

"Anak down syndrome jika diberi kesempatan bisa, tapi yang sering kita lakukan, kita tidak yakin kalau mereka punya keinginan," tegasnya.

Dari situlah ia terus memotifasi Adit untuk terus berkreasi untuk memukul drum tersebut. Bahkan ia harus melakukan hipnoterapi untuk terus mensupport Adit agar memiliki bakatnya di bidang musik tersebut.

Baca Juga : Bantuan Dana Dampak Covid-19 Bagi Sopir di Kabupaten Malang Segera Cair

"Saya pakai sistem hipnoterapi, saya sering katakan kamu bisa nak, kamu hebat, ibu bangga padamu, ayo bikin ibu bangga. Serendah apapun kemampuan anak, jika kita terus support seperti itu, pasti anak itu akan berjuang untuk bisa dan membuat ibunya tersenyum," jelas Emsyarfi.

Bahkan ia mengatakan pernah membawa Adit ke tempat yang dirasa sangat mustahil anak Down Syndrome ada di sana. Bahkan, ia hingga membawanya ke tempat yang terkesan eksklusif seperti komunitas musik. Namun justru mereka dibuatnya terkesan dengan penampilan bermusik Adit.

Lanjutnya, ia mengatakan bahwa di usianya ke 16 tahun saat ini Adit sudah tergabung dengan komunitas Indonesian Drummer Cabang Payakumbuh. Bahkan Adit sudah melakukan konser di seluruh kota yang ada di Sumatra Barat.

"Adit sudah konser di seluruh kota di Sumatera  Barat yang dibawa oleh komunitas seperti ikatan dokter, pemerintah kota, dan bahkan pemerintah provinsi," jelasnya.

Namun ia mengatakan bahwa Adit tidak pernah memiliki piala sebagai bentuk pemenang dari suatu kontes atau konser. Pasalnya, ia menuturkan bahwa tidak ada lomba yang digelar untuk anak berkebutuhan khusus, terlebih lagi untuk penderita Down Syndrome seperti Adit.

"Kalau prestasi piala mungkin tidak, karena tidak ada lomba yang diadakan untuk anak berkebutuhan khusus ini, jadi kita tidak pernah masuk ke lomba - lomba," jelasnya.

Saat ini ia menuturkan bahwa Adit diajak untuk melakukan kegiatan ekonomi kreatif seperti berjualan keripik. Hal tersebut dilakukannya agar Adit mampu mandiri ketika nanti sang ibunda dipanggil oleh sang pencipta.

"Saya sekarang sudah buatkan Adit usaha mandiri dengan kegiatan ekonomi kreatif yang saya pikir mungkin akan membantunya ketika kelak ibunya sudah tiada," paparnya.

Bahkan, ia mengatakan usahanya tersebut sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia dengan berjualan secara konvensional dan juga secara online. Sedangkan untuk sebagian keuntungan usahanya tersebut, dikatakannya dibagikan untuk teman - temannya yang berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan ekonomi. Bahkan, ia mengatakan akibat dari adanya kegiatan tersebut, banyak donatur yang bergabung untuk disalurkan kepada para anak berkebutuhan khusus dengan keterbatasan ekonomi.


Topik

Peristiwa malang berita-malang Down-Syndrome Imansyah-Aditya-Fidri-(Adit) drummer-cilik Kota-Malang Indonesian-Drummer



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Luqmanul Hakim

Editor

Lazuardi Firdaus