JATIMTIMES - Hadirnya layanan Trans Jatim di Kota Malang tidak akan meminggirkan angkutan kota (angkot). Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, yang memastikan bahwa keberadaan Trans Jatim justru membuka ruang baru bagi para sopir angkot.
Widjaja menjelaskan bahwa sopir angkot telah diserap sebagai pengemudi Trans Jatim melalui mekanisme satu bus berbanding lima pengemudi. “Mekanismenya, satu bus Trans Jatim menyerap lima sopir angkot. Satu banding lima,” ujar Jaya sapaan akrabnya.
Baca Juga : Hikmah Bafaqih Ungkap Poin-Poin Penting Raperda Pelindungan Perempuan dan Anak
Perpindahan pengemudi itu membuat sejumlah angkot kehilangan sopir. Untuk itu, Pemkot Malang menyiapkan skema baru agar armada tersebut tetap berfungsi, yakni dengan mengalihkannya menjadi angkutan sekolah.
“Mereka dilibatkan dalam angkutan anak sekolah. Angkot dieksisting dengan syarat di atas tahun 2000 dan harus bisa memberikan pelayanan yang baik,” tambahnya.
Dishub Kota Malang juga tengah menyusun pola operasi baru agar angkot dapat berfungsi sebagai feeder atau pengumpan bagi layanan Trans Jatim. Dengan langkah ini, siswa maupun penumpang umum tetap dapat transit melalui trayek yang lebih tertata.
“Kami ada yang perlu dire-rerouting untuk mendukung Trans Jatim. Prosesnya masih berjalan,” kata Jaya.
Di sisi lain, dukungan penuh datang dari Forum Paguyuban Komunikasi Angkutan Kota. Koordinator Paguyuban, Stefanus Hari Wahyudi, memastikan bahwa pihaknya sudah sepakat menerima operasional Trans Jatim setelah melalui sejumlah pembahasan dengan Pemkot Malang dan DPRD.
Menurut Stefanus, angkot memang membutuhkan peremajaan demi kenyamanan dan keamanan penumpang. Karena itu, kesepakatan pengalihan bus sekolah ke angkot menjadi kunci untuk menjaga ruang usaha para sopir.
Baca Juga : Komisi E DPRD Jatim Ungkap Urgensi Raperda Pelindungan Perempuan dan Anak
“Yang terpenting, semua kembali ke rekan-rekan angkot. Tidak ada masalah lagi, karena kebijakan Pemkot Malang dan DPRD sudah bertemu,” ujarnya.
Ia menegaskan kembali bahwa sopir angkot kini tinggal menunggu komitmen Pemkot Malang untuk menepati kesepakatan tersebut. “Segera saja Pemkot Malang menepati janji. Pengalihan bus sekolah dialihkan ke angkot. Akhirnya rekan-rekan bisa menerima,” tegasnya.
Dengan skema baru ini, Pemkot Malang berharap layanan Trans Jatim dan angkot dapat berjalan berdampingan, sekaligus memperkuat transportasi publik, terutama untuk pelajar di Kota Malang.
