JATIMTIMES - Gelombang demonstrasi menolak sejumlah kebijakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada akhir September 2025 tak hanya menarik perhatian publik dalam negeri, tetapi juga sorotan media internasional. Di tengah riuhnya aksi tersebut, muncul sosok Abigail Limuria, aktivis muda yang tampil di Al Jazeera English sebagai narasumber.
Kehadirannya dinilai penting karena mampu menyampaikan keresahan masyarakat Indonesia dari perspektif generasi muda dengan cara yang lugas, kritis, dan mudah dipahami. Tak heran jika nama Abigail kemudian menjadi perbincangan hangat di media sosial maupun forum publik.
Baca Juga : Kehidupan Sehari-hari di Keraton: Hamengkubuwana I dan Abdi Dalem
Profil Abigail Limuria
Abigail Limuria lahir di Jakarta pada 10 November 1994. Ia menempuh pendidikan tinggi di Biola University, Amerika Serikat, dengan fokus pada bidang Media and Cinema Arts. Selama masa studinya, ia banyak bersentuhan dengan isu sosial, budaya, hingga politik yang membentuk pola pikir kritis sekaligus menumbuhkan kepekaan terhadap persoalan perempuan dan anak muda.
Sekembalinya ke Indonesia, Abigail langsung aktif dalam berbagai gerakan yang berfokus pada literasi politik, pemberdayaan generasi muda, serta advokasi isu perempuan.
Inisiatif dan Karya Abigail Limuria
1. What Is Up Indonesia (WIUI)
Media independen berbahasa Inggris dengan gaya pop culture dan humor. WIUI bertujuan menghubungkan anak muda dengan isu-isu sosial-politik Indonesia tanpa terkesan rumit dan menggurui.
2. Bijak Memilih (Think Policy)
Sebuah gerakan edukasi politik yang hadir di ruang-ruang publik, terutama kampus, untuk mengajak generasi muda memahami pemilu secara objektif dan kritis.
3. Lalita Project
Proyek yang diterbitkan pada 2019, berisi kisah 51 perempuan inspiratif Indonesia dalam sebuah buku. Abigail terlibat dalam menggagasnya sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap isu kesetaraan gender.
Wawancara Abigail Limuria di Al Jazeera
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera English, Abigail menjelaskan dinamika aksi demonstrasi yang berlangsung pada Kamis, 28 September 2025. Ia menekankan bahwa gelombang aksi ini bukan sekadar protes, tetapi ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap kebijakan DPR yang dinilai mengabaikan suara rakyat.
Baca Juga : Demo 4 September 2025: BEM SI Gelar Aksi Damai di DPR, Usung 17+8 Tuntutan Mendesak
Abigail menuturkan, “Generasi muda turun ke jalan karena merasa aspirasi mereka tidak didengar. Demonstrasi ini adalah bukti bahwa kami peduli pada masa depan demokrasi Indonesia. Kami tidak ingin keputusan politik hanya dikuasai segelintir elite.”
Ia juga menyoroti bagaimana media sosial memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan memobilisasi massa. Menurutnya, kekuatan digital menjadi salah satu senjata utama anak muda dalam mengawal jalannya demokrasi.
Peran dalam Aksi 2025
Nama Abigail makin mencuat ketika ia bersama sejumlah tokoh muda merumuskan “17+8 Tuntutan”, rangkuman aspirasi rakyat yang disuarakan dalam aksi 2025. Kehadirannya sebagai salah satu figur yang menyampaikan tuntutan itu membuat media internasional seperti Al Jazeera dan DW News menaruh perhatian besar.
Abigail Limuria, Wajah Baru Aktivisme Indonesia
Abigail Limuria merepresentasikan wajah baru aktivisme Indonesia: kritis, kreatif, dan komunikatif. Ia mampu menjahit isu politik, kisah perempuan, hingga aspirasi publik dalam satu benang merah yang inklusif dan memberdayakan. Dengan pendekatan komunikasinya yang segar, Abigail berhasil membuka ruang diskusi yang lebih dekat dengan generasi muda dan membawa isu demokrasi ke panggung internasional.
