JATIMTIMES - Selama 7 tahun aktif berkegiatan, Malang Reptile Keeper berkomitmen dan aktif dalam mengedukasi masyarakat seputar binatang reptil. Hal tersebut dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan dan kesempatan.
Ketua Malang Reptile Keeper, Udjang mengatakan, edukasi tentang reptil tersebut dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat. Apalagi, dengan adanya beberapa kasus ditemukannya reptil masuk rumah. Seperti ular, biawak dan beberapa lainnya.
Baca Juga : Besok, Ratusan Personel Gabungan Dikerahkan, Siap Amankan Sertijab Wali Kota Malang dan Wakilnya
"Karena tidak semua reptil itu berbahaya. Misalnya yang sering itu ular masuk rumah, lalu ada biawak. Ada yang bisa dilakukan tanpa harus membunuhnya," ujar Udjang.
Bahkan menurutnya, juga ada beberapa reptil yang bisa dipelihara. Salah satunya ular, yang menurutnya ada beberapa jenis ular yang tidak berbisa, sehingga dapat dipelihara.
"Tergantung bagaimana treatment yang diberikan. Seperti ular, kita terus mengedukasi bahwa gak semua ular berbisa. Ada ular yang bisa dipelihara tanpa bisa," jelas Udjang.
Tak hanya ular, menurutnya ada beberapa spesies hewan reptile yang dapat dipelihara. Tentunya dengan memberikan penanganan dan perawatan yang tepat.
"Lalu hewan seperti iguana, itu kita promosikan bagaimana cara pemeliharaannya," imbuhnya.
Salah satu kesempatan yang dimanfaatkan oleh Malang Reptile Keeper dalam memberikan edukasi adalah saat Car Free Day (CFD). Dimana saat CFD, biasanya beberapa anggota CFD berkumpul sambil membawa reptil peliharaannya.
Biasanya, ada beberapa jenis reptil yang dibawa. Seperti sejumlah spesies ular, iguana bahkan terkadang juga ada biawak. Hal itu pun ternyata cukup menarik perhatian pengunjung CFD.
Bahkan, juga ada beberapa pengunjung yang menyempatkan diri untuk berfoto dengan binatang yang dianggap mengerikan bagi setiap orang itu. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun juga ada yang tertarik untuk berkenalan dengan hewan berdarah dingin ini.
Tak hanya memberikan edukasi, Malang Reptile Keepers juga melayani permintaan rescue atau sweeping. Meskipun hampir sama, aktivitas rescue dan sweeping memiliki perbedaan.
"Kalau rescue kan kita tinggal mengambil saja, reptilnya sudah ada. Kalau sweeping, kami masih mencari. Misalnya ada laporan, kita datang ke lokasi, masih mencari, lalu kami bawa," kata Udjang.
Baca Juga : Manfaatkan Momentum Awal Ramadan 1446 Hijriah, 12.028 Pelanggan Gunakan KA Jarak Jauh
Untuk layanan rescue, tidak ada tarif yang dikenakan. Namun untuk sweeping, ada biayanya. Dimana biasanya, tarif yang dikenakan sebesar Rp 100 ribu. Dalam satu kali operasi sweeping, maksimal ada 4 orang yang akan diterjunkan.
"Kita kan anggota banyak, ada dari Malang, Kepanjen, Blitar, itu biasanya anggota terdekat untuk rescue dan sweeping. Anggotanya di Malang ada sekitar 60 an," imbuhnya.
Dirinya pun memberikan tips kepada masyarakat jika menemukan reptil yang tiba-tiba kedapatan masuk dalam rumah. Yang pertama adalah tidak gegabah dalam melakukan tindakan.
Ia pun tak memungkiri bahwa tentunya sebagian orang akan terkejut jika mendapati ada hewan reptil yang masuk rumah. Seperti yang sering ditemui yakni ular dan biawak.
Penggunaan alat darurat seperti kayu, tongkat atau alat sejenis pun ia rekomendasikan. Tapi tidak untuk menyakiti hingga membunuhnya. Namun untuk mengusir hewan tersebut.
"Kalau bisa diusir saja, kalau takut ngusir aja pakai tongkat," jelasnya.
Di area pemukiman, reptil yang paling banyak ditemukan masuk rumah adalah jenis ular piton. Biasanya, hal tersebut terjadi karena ular sedang mengejar hewan buruannya yang akan dimangsa, seperti tikus.
"Apalagi, kalau di rumah biasanya ada tikus, itu kalau ada ular masuk, biasanya karena mengejar tikus. Yang banyak makan tikus kan ular. Karena yang namanya ular biasanya dia juga menjaga ekosistem," pungkas Udjang.