Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Jejak Larangan, Altar Dansa Zaman Belanda di Hilir Sungai Song Tulungagung

Penulis : Anang Basso - Editor : Yunan Helmy

13 - Sep - 2020, 23:55

Placeholder
Beberapa pondasi yang masih tersisa dari kejayaan pabrik kertas dan alter dansa jaman belanda di desa Karanganom / Foto : Sukar / Tulungagung TIMES

Masih sangat menarik mengupas sisi lain Sungai Song di Tulungagung yang disebut warga sebagai Kali Larangan. Namun, jika dikulik lebih dalam, Sungai Song dengan lokasi yang disebut Larangan ternyata merupakan tempat berbeda.

"Sungainya ini namanya Song. Jika Larangan itu dulu adalah nama bangunan di pojokan pemandian Srabah. Itu bekas bangunan altar dansa di zaman belanda," kata Sukar, kepala desa Karanganom, Minggu (13/09/2020).

Baca Juga : Disebut Kali Larangan, Sungai Song Tulungagung Ini Dikenal Angker, Begini Jejaknya 

 

Mengapa altar dansa atau diskotek disebut Larangan? Sukar kemudian menyampaikan sebuah cerita yang didapat dari mantan sekretaris desa Karanganom yang telah meninggal serta cucu seorang demang pada zamannya. 

Menurut Sukar, di tempat yang sama, yakni eks pabrik kertas, terdapat beberapa bangunan. Di antaranya kolam renang dan altar dansa atau diskotek, tempat para kaum kompeni menggelar pesta.

"Karena itu tempat bersenang-senang warga Belanda kala itu, orang pribumi dilarang masuk. Nah, karena ada larangan masuk ini, kemudian nama itu disebut lLarangan," ungkapnya.

Meski begitu, Sukar tidak mempermasalahkan jika ada warga menyebut nama lain Sungai Song sebagai Kali Larangan. Pasalnya, soal sejarah adanya diskotek zaman dahulu di desanya, tidak semua orang tahu.

Sedangkan tempat kejadian meninggalnya dua bocah di Sungai Song, menurut  Sukar, berbeda dengan tempat meninggalnya korban beberapa tahun lalu yang pernah terjadi. "Tidak, di tempat tenggelam ini masih sekali ini kejadian. Dulu pernah ada, tapi beda kedungnya," kata Sukar.

Peristiwa yang dimaksudkan Sukar di lokasi bawah sekitar tahun 1991, seorang anak SMP tenggelam dan tewas. Kemudian pada  2004, dua siswa SMA juga ditemukan tewas tenggelam dengan masih memakai seragam.

Baca Juga : Masih Digemari, Sepeda Jowo di Tulungagung Semakin Asyik dan Eksis 

 

Sedangkan kejadian maut yang menewaskan dua bocah terjadi setelah mereka mandi bersama enam temannya. Dua korban adalah NBU (10) dan ST (10) yang beralamat di RT 05 RW 01 Desa Banaran. Kejadian berlangsung Sabtu (12/09/2020) pukul 15.00 WIB dan baru pertama terjadi.

Pasca-kejadian itu, terungkap berbagai cerita misteri yang dianggap sebagai salah satu faktor meninggalnya dua bocah itu. "Tempat ini sejuk, namun sungai ini dikenal angker," kata Suwito, warga sekitar Sungai Song.

Sungai Song sendiri, menurut keterangan warga, sejak dahulu juga disebut Kali Larangan. Banyak warga di sekitar meminta keluarga dan anak keturunannya untuk tidak datang ke sungai yang dianggap bisa membuat orang lupa jalan pulang (kalap) tersebut.

"Dulu, zaman saya sekolah, selalu orang tua bilang jangan dolan ke Kali Larangan. Katanya nanti bisa kalap. Dinamakan Kali Larangan mungkin memang agar bisa melarang orang pergi ke sana," ungkap Anis, warga Desa Karanganom lainnya.


Topik

Serba Serbi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

Yunan Helmy