Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Lapak Buku Bekas Di Gang Suling, Nasibnya Kini

Penulis : Muhammad Sholeh - Editor : Heryanto

24 - Sep - 2016, 20:23

Placeholder
Masykuri (56) pemilik lapak buku bekas di Jl. Buya Hamka Jombang, saat menunggui dagangannya, Sabtu (24/9/2016). (Foto: Muhammad Sholeh/JombangTIMES).

Pada era 80-an sampai awal 90-an, toko buku bekas adalah jujukan utama para pelajar dan mahasiswa berkantong cekak. Itu terutama pada saat awal tahun ajaran baru atau masa-masa ujian akhir semester di musim perkuliahan.

Tidak hanya Surabaya yang memiliki Jl. Semarang, atau Malang dengan Jl. Wilis-nya yang menjadi sentra buku bekas. Warga Jombang juga mempunyai tempat jujukan seperti itu. Gang Suling namanya.

Gang bersuasana rindang yang berada di Jl. Buya Hamka itu, saat ini kondisinya jauh berbeda dengan dua dasawarsa lalu. Sebutan jujukan sudah tak patut lagi disematkan pada lapak para penjual buku bekas di gang itu. Saat ini, gang itu sepi pengunjung. Para pedagangnya tidak lagi bisa berharap banyak dari jejeran buku yang setiap hari mereka tunggu.

“Waduh, kalau sekarang jauh dibanding dulu. Sekarang ini, sehari ada enam pembeli saja sudah bagus. Rata-rata sehari di toko saya ini ya melayani empat sampai lima pembeli,” ungkap Masykuri (56), salah satu pemilik lapak, Sabtu (24/9/2016).

Dibandingkan dengan sepuluh atau dua puluh tahun lalu, menurut Masykuri, peminat buku bekas jauh menurun. Merosotnya pamor Universitas Darul Ulum menurutnya menjadi salah faktor sepinya peminat buku bekas di lapaknya. “Atau juga barangkali karena kondisi daya beli mahasiswa yang meningkat ya, sehingga bagi mereka lebih baik membeli buku baru,” kata pria yang sudah membuka lapak buku bekas sejak tahun 1986 ini.

Saat ini, ungkap Masykuri, dirinya tidak lagi megandalkan penjualan buku-buku sekolah dan perguruan tinggi. Harapannya tertumpu pada penjualan koran bekas dan sejumlah buku sastra dan buku-buku bertema umum. “Yang lancar malah koran bekas yang kita jual kiloan,” ujarnya terkekeh tanpa beban.

Sutrisno (62), pemilik lapak buku bekas yang berhadapan dengan milik Masykuri, juga mengisahkan hal yang tidak jauh berbeda. Sepinya lapak buku bekas di jalan yang berada di wilayah Dusun Sawahan Desa Jombang Kecamatan/Kabupaten Jombang itu, menurutnya karena seringnya ada perubahan kurikulum dan materi ajar pada buku siswa.

“Kalau sering terjadi perubaham kurikulum, juga materi buku ajar, tentu saja kita tidak memiliki stok. Jadi, pelajar terpaksa membeli buku baru,” ujar pria berdarah tionghoa yang baru 5 tahun terakhir ini berjualan buku bekas.

Selain itu, faktor lain yang potensial mengurangi minat terhadap buku bekas adalah maraknya gadget. Gawai elektronik itu, kata Sutrisno, sangat mempengaruhi minat pelajar terhadap buku. Semua jenis buku, tidak hanya yang bekas.

“Kebutuhan informasi dan pelajaran bisa mereka peroleh melalui internet dengan peragkat di tangan. Mudah, murah dan praktis sekali. Jadi, buku menjadi barang yang tidak penting, kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti penelitian,” pungkas Sutrisno. (*)


Topik

Peristiwa Lapak-Buku Gang-Suling



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Muhammad Sholeh

Editor

Heryanto