Uzair, Sang Penjaga Taurat dan Saksi Kekuasaan Allah atas Hidup dan Mati
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
A Yahya
30 - Oct - 2025, 09:15
JATIMTIMES - Bayangkan seorang manusia yang terbangun dari tidur panjang selama seratus tahun, dan menemukan bahwa dunia di sekitarnya telah berubah total. Itulah kisah luar biasa Nabi Uzair, sosok saleh dari keturunan Harun yang dikenal sebagai penjaga ajaran Taurat dan simbol kebangkitan spiritual Bani Israil.
Dalam tradisi Islam, Uzair bukan termasuk di antara 25 nabi yang wajib diketahui, namun kisahnya termaktub jelas dalam Surah Al-Baqarah ayat 259. Ayat ini merekam peristiwa menakjubkan ketika Allah menidurkan Uzair selama satu abad sebagai tanda kekuasaan-Nya yang mutlak.
Suatu hari, Uzair melewati reruntuhan sebuah kota yang porak-poranda. Dindingnya runtuh menimpa atap, seolah kematian telah menghapus denyut kehidupan dari sana. Dalam benaknya terlintas tanya yang sederhana namun dalam: “Bagaimana Allah akan menghidupkan kembali negeri ini setelah kehancurannya?”. Ia tak meragukan kekuasaan Allah, hanya ingin memahami bagaimana kebangkitan itu terjadi.
Lalu, Allah menidurkannya seratus tahun. Ketika dibangkitkan kembali, Uzair terkejut karena ia merasa baru tidur sebentar, sehari atau bahkan setengah hari. Allah menegurnya, menyingkapkan mukjizat waktu yang berhenti baginya: makanan dan minumannya tetap utuh, tak berubah, sementara keledainya telah menjadi tulang belulang yang kemudian dihidupkan kembali di hadapannya.
Melihat semua itu, Uzair berkata lirih penuh takjub, “Aku kini tahu, sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Kisah ini menjadi bukti nyata tentang kebangkitan setelah kematian, bukan hanya secara fisik, tapi juga spiritual. Sebab, setelah peristiwa itu, Uzair kembali kepada kaumnya membawa cahaya pengetahuan yang baru.
Di masa itu, Bani Israil tengah kehilangan arah. Kitab Taurat telah hancur dan hilang sejak pasukan Raja Bukhtanashar menyerbu dan menjarah segalanya. Tak ada satu pun yang mampu mengingat isi kitab suci itu secara utuh. Namun, melalui ilham ilahi, Uzair diberi kemampuan luar biasa untuk menghafal dan menyalin kembali seluruh Taurat. Lembaran-lembaran yang hilang disusun ulang, ayat-ayat yang terlupakan hidup kembali.
Keajaiban itu membuat Bani Israil terpesona. Namun kekaguman mereka bergeser menjadi kesesatan. Sebagian mulai meyakini bahwa Uzair adalah “anak Allah”, keyakinan yang kemudian dikoreksi secara tegas dalam Al-Qur’an. Allah menegaskan bahwa Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan bahwa pengultusan berlebihan kepada manusia dapat menyeret pada kemusyrikan.
Baca Juga : Kalender Jawa Kamis Kliwon 30 Oktober 2025: Hindari Bepergian dan Mulai Usaha Baru!
Meski demikian, warisan spiritual Uzair tak tergantikan. Ia menjadi pemimpin rohani Bani Israil setelah masa kehancuran, membangkitkan kembali semangat tauhid dan ajaran Taurat yang sempat lenyap. Dalam tradisi Yahudi, ia dikenal sebagai Ezra, tokoh yang memimpin pemulihan Yerusalem dan hukum-hukum suci; namun Islam meluruskan narasi itu dengan menegaskan ketauhidan murni dalam peran Uzair.
Kisah Nabi Uzair bukan sekadar tentang mukjizat waktu dan kebangkitan jasad, melainkan tentang iman yang tak goyah di tengah kehancuran, serta bahaya ketika manusia menuhankan kaumnya sendiri. Kisahnya mengingatkan bahwa kemuliaan seorang hamba tidak pernah lahir dari pujian manusia, melainkan dari ketaatan dan kejujuran di hadapan Tuhannya. Uzair adalah bukti hidup, bahwa iman mampu menghidupkan apa yang telah mati, baik kota yang hancur, kitab yang hilang, maupun hati manusia yang tersesat.
