Ekshibisi AI Nasional Lahirkan Talenta Muda Hebat, 12 Siswa Raih Medali di EKKA 2025
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Yunan Helmy
10 - Oct - 2025, 11:30
JATIMTIMES – Panggung kecerdasan buatan di Indonesia kembali bergetar. Ajang Ekshibisi Kompetisi Kecerdasan Artifisial (EKKA) 2025, bagian dari perhelatan Olimpiade Sains Nasional (OSN), menandai babak baru lahirnya talenta muda berbakat di bidang artificial intelligence (AI).
Dari ratusan peserta lintas provinsi, dua belas nama terbaik akhirnya berdiri di puncak podium, membawa pulang medali dan harapan besar bagi masa depan teknologi bangsa.
Baca Juga : Fenomena Hari Tanpa Bayangan Mulai Terjadi di Jatim, Ini Daftar Wilayah dan Jadwal Lengkapnya
Dua medali emas diraih oleh Nicholas Ardi Tirta dan Zafran Prayata Wiza. Sementara Hamid Satria Ibrahim, Loselen Luari Jonanda, Desmond Elvis, dan Farzan Akhfar Fakhir mengantongi medali perak. Di posisi berikutnya, enam peraih perunggu -Aryabima Pratama Brata, Muhammad Bhre Zidane, Jesselyn Nadya Rosalia Yuwana, Kenneth Lie, Arya Die Irham, dan Axelleon Reinhart Tandani- menutup daftar prestasi yang membanggakan. Mereka adalah generasi baru digital Indonesia, yang tak hanya paham teknologi, tapi juga mampu menaklukkannya dengan kreativitas.
Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Bidang Transformasi Digital dan Kecerdasan Buatan Dr Muhammad Muchlas Rowi menyebut keberhasilan ini sebagai momentum strategis dalam perjalanan pendidikan digital nasional. Ia menilai, ekshibisi ini bukan sekadar ajang lomba, tapi laboratorium masa depan untuk menemukan bakat-bakat terbaik di bidang AI.
“Saya mengapresiasi penuh partisipasi luas dalam kegiatan ini. Ini bukti nyata bahwa semangat inklusif dan adaptif di dunia pendidikan mulai hidup. Banyak peserta yang autodidak, dan itu luar biasa. Potensi ini harus terus kita rawat,” ujar Muchlas Rowi, Kamis malam (10/10/2025).
Menurut dia, pembelajaran coding dan karakter kini sudah resmi dijalankan melalui peraturan menteri sejak Juli 2025. Dari sekitar 60 ribu sekolah penerima BOS kinerja, sebanyak 11.783 sekolah telah mendaftarkan program pembelajaran ini ke Dapodik. Jumlah itu terdiri atas 4.000 SD, 3.000 SMP, serta sekitar 2.000 SMA dan SMK.
“Kami baru memulai, tapi eksibisi ini jadi pemantik yang hebat. Dengan dukungan mitra seperti Telkom, kami ingin memperluas model pembelajaran coding, termasuk metode unplugged yang bisa diterapkan tanpa internet dan listrik. Ini sudah kita uji di Maluku, NTT, dan Kalimantan Utara,” jelasnya.
“Kalau tahun ini kita baru meraih perak di Olimpiade AI, insya Allah tahun depan kita targetkan emas,” tambahnya penuh optimisme.
Sementara itu, Maria Veronica Irena Herziono dari Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) menegaskan bahwa prestasi para juara EKKA 2025 tak akan berhenti di sini. Mereka akan masuk ke tahap pembinaan intensif menuju kancah internasional.
“Para juara nasional ini akan diseleksi kembali untuk bergabung di pelatnas bersama peraih prestasi bidang informatika dan matematika. Pelatnas rencananya digelar tahun 2026, satu bulan secara luring dan dilanjut daring,” ujarnya.
Irena menjelaskan, seleksi tahun ini diikuti 1.367 peserta dari 32 provinsi, dan hanya 30 finalis yang lolos ke babak akhir. Selain itu, Puspresnas juga menjalankan program Bina Talenta Indonesia, melibatkan 5.000 siswa dan 2.000 guru pemandu di seluruh nusantara, termasuk delapan provinsi di Indonesia timur.
“Kami ingin pemerataan akses talenta digital. Karena itu, pembelajaran AI juga dilakukan lewat metode unplugged, agar bisa diterapkan di wilayah dengan keterbatasan infrastruktur,” ungkapnya.
Baca Juga : Daftar 20 Negara Lolos ke Piala Dunia 2026, Indonesia Masih Punya Peluang Menyusul
Menurut Irena, soal yang digunakan dalam kompetisi EKKA 2025 setara dengan standar Olimpiade Internasional, sehingga capaian peserta Indonesia menunjukkan kemampuan yang kompetitif secara global.
Dukungan penuh juga datang dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai tuan rumah penyelenggaraan. Rektor Dr Nur Subeki ST MT menegaskan, keterlibatan UMM adalah bagian dari komitmen kampus untuk berkontribusi terhadap kemajuan pendidikan nasional.
“UMM selalu siap menjadi mitra pemerintah. Infrastruktur kami lengkap, aula, kelas, laboratorium, bahkan hotel dan rumah sakit, semua bisa mendukung kegiatan olimpiade dan pelatihan seperti ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, arah pendidikan di UMM kini selaras dengan perkembangan kecerdasan buatan, mulai dari digital farming, smart city, hingga penerapan AI di bidang kedokteran.
“Kami ingin anak-anak dididik bukan hanya jadi pengguna teknologi, tapi pencipta. Dunia sudah bergerak cepat; AI bukan masa depan, tapi masa kini,” ucap Subeki.
EKKA 2025 diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), bekerja sama dengan Ikatan Alumni Tim Olimpiade Komputer Indonesia (IA TOKI) dan Alkademi.
Ajang EKKA 2025 bukan sekadar kompetisi, melainkan refleksi tentang bagaimana Indonesia mulai menyiapkan generasi digital yang tak hanya cerdas secara teknis, tapi juga visioner. Dari ruang-ruang belajar hingga panggung olimpiade, anak-anak bangsa menunjukkan bahwa kecerdasan buatan bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih inklusif, kreatif, dan mandiri.