Ratusan Mahasiswa Madiun Gelar Aksi Simbolik 'September Hitam' Tuntut Penegakan HAM

26 - Sep - 2025, 06:47

Aksi September Hitam, Mahasiswa Tuntut Negara Tuntaskan Pelanggaran HAM

JATIMTIMES - Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Madiun berkumpul dalam aksi simbolik bertajuk “September Hitam” untuk menegaskan bahwa keadilan belum selesai dan luka Hak Asasi Manusia (HAM) belum sembuh. Aliansi BEM se-Kota Madiun menjadi motor penggerak aksi ini, yang dikemas dalam format kreatif mulai dari musikalisasi puisi, orasi mimbar bebas, nonton bareng film dokumenter Munir Said Thalib, hingga penyalaan lilin sebagai simbol perlawanan terhadap lupa dan impunitas.

Dalam orasi terbuka, para ketua BEM menyuarakan 17+8 Tuntutan Rakyat, yang merangkum kegelisahan dan harapan mahasiswa terhadap arah demokrasi serta penegakan hukum di Indonesia. Ismail Hamdan, Presiden Mahasiswa STIKES Bakti Husada Madiun sekaligus koordinator lapangan, menegaskan bahwa aksi ini lebih dari seremoni. “September Hitam bukan hanya peringatan, tapi pengingat. Kami menolak lupa. Kami menuntut keadilan ditegakkan, bukan dijanjikan,” ujarnya.

Baca Juga : Eks Bos Investree Adrian Gunadi Ditangkap, Ini Profil Lengkapnya

Ratusan mahasiswa hadir dari kampus seperti STIKES Bakti Husada, Universitas Merdeka (UNMER), STAIM, STKIP Widya Yuwana, Universitas Muhammadiyah, dan Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Meski berbeda almamater, mereka bersatu dalam suara yang sama, menuntut keadilan bagi korban pelanggaran HAM. Nama Munir dan aktivis HAM lainnya disebut berulang kali sebagai simbol perjuangan hak asasi manusia di Indonesia.

Aksi simbolik damai ini ditandai dengan pembacaan pernyataan sikap yang memuat enam tuntutan utama: negara wajib menuntaskan seluruh kasus pelanggaran HAM berat tanpa pandang bulu; menolak segala bentuk impunitas terhadap pelaku pelanggaran HAM; pemerintah harus memberikan pemulihan yang adil bagi korban dan keluarganya; demokrasi, hukum, dan HAM harus diperkuat untuk mencegah tragedi berulang; mahasiswa dan rakyat harus tetap kritis dan aktif melawan lupa; serta sejarah tidak boleh dibungkam, karena keberanian menghadapi masa lalu adalah kunci masa depan yang adil.

“September Hitam” merujuk pada serangkaian tragedi pelanggaran HAM yang terjadi pada bulan September dalam sejarah Indonesia, mulai dari pembunuhan aktivis HAM Munir pada 2004 hingga kekerasan terhadap mahasiswa di berbagai kota. Bagi mahasiswa, tanggal ini bukan sekadar peringatan, tetapi titik balik kesadaran. Aksi simbolik ini menjadi pengingat penting bahwa perjuangan menegakkan HAM dan keadilan belum usai, dan suara mahasiswa tetap menjadi penjaga nurani bangsa di tengah apatisme dan represi.