LP2M UIN Maliki Malang Dorong Pendidikan Multikultural di Pesantren Nurul Karim
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Dede Nana
22 - Sep - 2025, 01:00
JATIMTIMES - Pesantren Nurul Karim di Probolinggo pada 21-22 September 2025 menjadi ruang lahirnya gagasan baru sekaligus praktik nyata pendidikan multikultural. Selama dua hari, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang berkolaborasi dengan pesantren ini menyelenggarakan Workshop Pendidikan Multikultural Kontekstual untuk Harmoni Sosial.
Acara yang merupakan bagian dari Program Qaryah Thayyibah ini tidak hanya berhenti pada seminar, tetapi melahirkan output konkret yang langsung dapat diterapkan dalam keseharian para guru.
Baca Juga : Soroti Stagnasi Pendapatan Daerah, Banggar DPRD Jatim: Ini Harus Jadi Peringatan Dini
Sebanyak 40 pendidik dari MI, MTs, dan MA Al-Husna pulang dengan bekal metode pembelajaran baru yang lebih peka pada keberagaman. Melalui sesi microteaching, mereka berlatih menyusun strategi pembelajaran berbasis toleransi, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan. Praktik ini menjadikan guru tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga fasilitator nilai cinta dan harmoni sosial di ruang kelas.
Prof. Dr. Hj. Sulalah, M.Ag, yang mengisi materi, menekankan bahwa hasil terpenting dari pendidikan adalah lahirnya kesadaran untuk hidup berdampingan secara damai. Sedangkan Dr. Nuril Nuzulia, M.Pd, mengarahkan guru agar mampu menerjemahkan konsep pendidikan berbasis cinta ke dalam metode mengajar yang aplikatif, mulai dari cara berinteraksi dengan murid hingga penyusunan kurikulum kelas.
Selain peningkatan kapasitas guru, kegiatan ini juga menghasilkan penguatan sistem administrasi pesantren. LP2M UIN Malang menyerahkan satu unit printer dan lima unit mesin fingerprint untuk MI, MTs, dan MA Al-Husna. Perangkat ini membuat sistem absensi lebih cepat, akurat, dan terintegrasi, sebuah langkah maju menuju tata kelola pendidikan pesantren yang modern dan efisien.
“Kini guru tidak hanya punya cara baru dalam mengajar, tetapi juga didukung perangkat yang memudahkan kerja administrasi. Efeknya langsung terasa, baik bagi tenaga pendidik maupun siswa,” ungkap Muhammad, M.Pd, Kepala MA Al-Husna.
Sejak berdiri pada 1963, Pesantren Nurul Karim terus menunjukkan komitmen pada pendidikan inklusif. Kerja sama dengan UIN Malang yang telah berjalan sejak 2017 kini berbuah pada penguatan model pembelajaran sekaligus modernisasi manajemen pesantren.
Baca Juga : Ini Pesan Mbak Wali Saat Resmikan SPPG Banjaran
“Kami ingin lahir generasi yang cerdas secara akademik dan matang dalam menyikapi keberagaman,” ujar Drs. KH. Abdurrahman, pengasuh pesantren.
Acara ditutup dengan refleksi bersama sekaligus perumusan komitmen tindak lanjut. Para guru menyepakati integrasi pendidikan multikultural ke dalam rencana pembelajaran semesteran, memastikan bahwa nilai toleransi tidak berhenti di workshop, tetapi hidup dalam ruang kelas setiap hari.
Dengan begitu, hasil kegiatan ini nyata: perubahan cara mengajar, sistem administrasi yang lebih modern, dan arah baru pendidikan pesantren menuju masa depan yang inklusif.