PDRB Jatim Terbesar Kedua setelah DKI Jakarta, Bank Daerah Harus Berperan
Reporter
M. Bahrul Marzuki
Editor
Yunan Helmy
12 - Mar - 2025, 05:24
JATIMTIMES - Provinsi Jawa Timur (Jatim) memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian nasional. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim terhadap perekonomian nasional mencapai 14,82 persen Produk Domestik Bruto (PDB), terbesar kedua secara nasional setelah DKI Jakarta.
Menurut ekonom Sunarsip, kontribusi PDRB Jatim terhadap PDB nasional tersebut memiliki potensi untuk meningkat mengingat ruang bagi pertumbuhan ekonomi di Jatim yang masih terbuka luas.
Pertama, kata pria yang juga chief economist, The Indonesia Economic Intelligence (IEI) itu, industrialisasi di Jatim terus berkembang. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi sektor industri pengolahan di Jatim.
Saat ini, kontribusi sektor industri pengolahan mencapai hampir 31 persen terhadap PDRB Jatim atau naik hampir 2 persen dibanding 15 tahun lalu. Di sisi lain, dengan kapasitas kewilayahan serta didukung sumber daya yang cukup (baik sumber daya alam/SDA maupun manusia), industrialisasi di Jatim masih berpeluang berkembang antara lain melalui hilirisasi terhadap SDA berbasis pertanian, kelautan maupun mineral.
Kedua, lanjut Sunarsip, karakteristik industrialisasi di Jatim relatif berbeda dengan daerah lainnya yang telah lebih dahulu memulai industrialisasinya seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Industrialisasi di Jakarta telah masuk periode sunset karena kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Jakarta telah jauh berkurang. Sementara itu, bila diperhatikan, gejala de-industrialisasi secara nasional dalam 20 tahun terakhir ini sejatinya banyak menimpa industri di Jawa Barat dan Banten.
Jawa Barat dan Banten adalah daerah yang menjadi awal dimulainya industrialisasi di Indonesia. Industri yang berkembang merupakan substitusi impor dan memiliki ketergantungan tinggi pada impor bahan baku.
Pada awal pengembangannya, industri ini banyak memperoleh fasilitas dan insentif dari pemerintah. "Nah, begitu berbagai fasilitas dan insentif dicabut pada awal tahun 2000-an, kemudian diikuti oleh tren pelemahan nilai tukar rupiah, daya tahan mereka pun berkurang. Dan kini, kita bisa menyaksikan banyak diantara mereka menutup pabriknya di Indonesia," jelas Sunarsip.
Kemudian juga struktur industri di Jatim lebih banyak didominasi oleh manufaktur penghasil produk konsumer (consumer goods) seperti makanan dan minuman yang mengandalkan bahan baku lokal (baik dari Jatim maupun daerah lainnya). Termasuk pula, industri lainnya seperti pengolahan kayu, bahan galian, logam dasar, serta industri kimia dan farmasi.
Dengan karakteristik tersebut, manufaktur di Jatim memiliki daya tahan yang relatif lebih kuat terhadap gejolak eksternal. Termasuk pula, pasar ekspor produk manufaktur Jatim juga sebagian besar dipasarkan ke Asia. "Hal tersebut membuat kinerja manufaktur di Jatim relatif solid sehingga mengokohkan perannya terhadap PDRB Jatim," beber Sunarsip.
Meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Jatim trennya menurun, perannya tetap vital sebagai penyanggah kebutuhan pangan maupun kebutuhan bahan baku bagi sektor industri pengolahan di Jatim dan nasional. Saat ini, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Jatim mencapai 10,66 persen (2024).
Jatim adalah salah satu lumbung pangan nasional terbesar baik yang dihasilkan oleh pertanian pangan, perikanan dan peternakan. Selain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Jatim, hasil pertanian Jatim juga diekspor ke daerah lainnya seperti DKI Jakarta maupun luar Jawa.
Selain sektor industri pengolahan dan sektor pertanian, perekonomian Jatim juga ditopang peran dari sektor perdagangan. Saat ini, kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Jatim mencapai 18,81 persen (2024). Tingginya kontribusi sektor perdagangan tersebut antara lain ditopang oleh tinggi potensi bisnis yang dapat dikembangkan melalui jalur perdagangan (dalam negeri dan luar negeri) seiring dengan solidnya kinerja sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.
Baca Juga : Wali Kota Kediri Paparkan 5 Isu Strategis, Visi Misi Mapan Serta Sampaikan Tema Pembangunan 2026
Seiring dengan solidnya kinerja di ketiga sektor utama tersebut, kebutuhan konstruksi di Jatim juga meningkat. Konstruksi antara lain dibutuhkan untuk kebutuhan infrastruktur konektivitas, infrastruktur pertanian, perumahan, kawasan industri dan perdagangan, pariwisata, dan lain-lain. Sehingga, tidak mengherankan bila kontribusi sektor konstruksi terhadap PDRB Jatim terjaga pada level relatif tinggi, sekitar 9 persen pada 2024.
Peran Bank Daerah
Sebagaimana disebutkan di atas, Provinsi Jatim memiliki ruang untuk berkembang dengan kontribusi dari sektor industri pengolahan yang semakin besar. "Potensi ini antara lain didukung oleh berbagai kelebihan yang dimiliki oleh Jatim," cetus Sunarsip.
Pertama, jelas dia, Jatim memiliki banyak lokasi strategis yang dapat dikembangkan menjadi kawasan industri secara terintegrasi (integrated industrial park) baik untuk mengolah SDA dari Jatim sendiri maupun dari luar Jatim. Kedua, infrastruktur yang mendukung seperti jalan tol trans Jawa yang terkoneksi, infrastruktur energi dan air yang memadai, transportasi darat seperti kereta api, fasilitas pergudangan, pelabuhan, dan bandara.
Ketiga, akses ketersediaan pendanaan yang besar. Seluruh lembaga keuangan besar ada di Jatim. Di samping itu, dukungan lembaga keuangan milik Pemerintah Provinsi Jatim seperti Bank Jatim, juga turut melengkapi dalam mendukung pembiayaan bagi industrialisasi dan transaksi ekspor impor.
Keempat, ketersediaan tenaga kerja andal yang memadai. Kelima, dukungan pusat riset dan inovasi yang kuat. Jatim memiliki banyak perguruan tinggi dengan reputasi riset dan inovasi yang diakui secara internasional. Selain itu, Jatim memiliki beberapa industri dan BUMN strategis yang dapat menjadi mitra bagi pengembangan inovasi dan produk manufaktur.
Keenam, selain hasil manufaktur dapat dipasarkan melalui ekspor, Jatim sendiri merupakan pasar yang besar. Jatim memiliki penduduk terbesar kedua di Indonesia. Produk manufaktur di Jatim juga dapat dipasarkan ke daerah lain. Ketujuh, dukungan input (bahan baku) yang besar.
"Hasil pertanian terbesar Jatim dapat dimanfaatkan sebagai input bagi beragam produk agroindustri. Dengan dukungan infrastruktur dan jalur transportasi yang lengkap, Jatim juga dapat mengakses sumber bahan baku dari luar Jatim yang tentunya akan turut memberikan dampak multiplier bagi daerah-daerah tersebut," imbuhnya.