Arti Closingan, Tren Sehari Menjelang Datangnya Bulan Suci Ramadan
Reporter
Mutmainah J
Editor
Yunan Helmy
28 - Feb - 2025, 06:35
JATIMTIMES - Bulan Ramadan 1446 H /2025 M diprediksi jatuh pada Sabtu (1/3/2025) alias besok. Jelang sehari dimulainya puasa Ramadan, terdapat salah satu tren yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia. Tren tersebut adalah 'closingan'.
Closingan yang berarti penutupan, biasanya identik dengan kegiatan bisnis, perdagangan, atau bisa juga membereskan pekerjaan sebelum tutup buku di akhir bulan.
Baca Juga : Mau 'Toron' Naik Kereta? Begini Cara Tambah Bagasi untuk Bawa Oleh-oleh
Namun, closingan sebelum Ramadan memiliki makna yang lain. Lantas apa arti closingan di tren Ramadan? Berikut penjelasan dari Habib Jafar.
Arti Closingan
Closingan sebelum Ramadan ternyata bermakna memuaskan diri melakukan maksiat atau hal-hal buruk, sebelum nantinya bertobat di bulan suci Ramadan. Hal buruk yang dimaksud seperti mabuk-mabukan, berjudi, berzina, berbuat curang, hingga bergosip.
Habib Husein Jafar Al Hadar pernah membahas istilah ini dalam konten LogIn episode 11 di kanal Youtube Deddy Corbuzier. Menurut dia, tradisi closingan adalah tradisi setan yang bertentangan dengan ajaran islam.
"Ada tren yang menurut gue nggak banget. Satu hari menjelang Ramadan itu closingan. Jadi, dia dikencengin tuh maksiatnya karena setelah itu, mau berhenti maksiat," kata Habib Jafar, dikutip Jumat (28/2/2025).
"Closingan itu kan sebenarnya tradisi setan ya, karena lu dibuat sombong, seolah-olah lu masih panjang umur sampai Ramadan," sambungnya.
Habib Jafar menjelaskan, closingan sebelum bulan puasa ini membuat orang yang melakukan tren tersebut merasa waktunya di dunia masih cukup untuk sampai ke bulan Ramadan. Padahal belum tentu usianya bisa sampai akhir bulan puasa ini.
"Seolah-olah elu masih panjang umur sampai Ramadan. Padahal bisa saja setelah closingan, betul-betul elu closing umurnya, enggak sempat taubat," ujarnya.
Ia pun menyarankan kepada orang-orang agar berdoa untuk bisa merasakan semaraknya bulan Ramadan. Bukan dengan cara bermaksiat sampai puas.
"Orang itu berdoa agar disampaikan kepada Ramadan, sejak Ramadan sekarang agar dipertemukan Ramadhan tahun depan," kata Habib Jafar.
"Kemudian tradisinya ketika masuk bulan Rajab, dan ketika memasuki bulan Sya'ban. Setelah itu udah full berdoa, ya Tuhan sampaikan gua kepada bulan Ramadan," imbuhnya.
Habib Jafar juga menyampaikan bahwa orang yang menjalani kebaikan sebagai kesadaran, dia tak akan mengenal tradisi closingan. "Bukan berarti full (maksiat) sampai taubat. Enggak. Tapi taubat itu dijalani dari awal, sebagai suara hati," jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa meskipun tren closingan pada ujungnya dilakukan taubat, kemungkinan orangnya tidak akan menemukan hidayah dari Allah SWT.
"Kalau dari awal niat lu enggak bertaubat, dengan tradisi closingan itu, lu enggak akan bertemu walaupun sudah Ramadan," ungkapnya.
Ia pun heran dan merasa aneh dengan tradisi closingan sebelum puasa Ramadan. Lantaran, hanya ia ketahui terjadi di Jakarta.
"Closingan itu menurut gua aneh, dan itu gua nemuin di Jakarta doang. Maksudnya, karena gua tinggal di Jakarta dan di kampung. Adanya di Jakarta doang, di kampung enggak ada," ungkap Habib Jafar.
Bentuk-Bentuk Closingan yang Sering Dijumpai
Closingan dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk aktivitas, tergantung pada kebiasaan dan lingkungan sosial seseorang. Beberapa contoh umum dari closingan yang sering dijumpai antara lain:
• Mengunjungi tempat hiburan malam secara berlebihan
• Mengonsumsi minuman atau makanan yang dilarang dalam jumlah besar
• Melakukan aktivitas yang melanggar norma sosial dan agama
• Menunda kewajiban atau tanggung jawab dengan alasan "setelah Ramadan"
• Berperilaku boros atau konsumtif sebelum memasuki masa penghematan di bulan puasa
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua persiapan menjelang Ramadan termasuk dalam kategori closingan yang negatif. Banyak umat Muslim yang justru mempersiapkan diri dengan cara yang positif, seperti meningkatkan ibadah, membersihkan hati dan pikiran, serta memperbaiki hubungan dengan sesama.
Dampak Psikologis dan Sosial Fenomena Closingan
Baca Juga : Komunitas Ambulans Refresh Ilmu Kegawatdaruratan, Cegah Fatalitas Korban
Fenomena closingan tidak hanya berdampak pada individu yang melakukannya, tetapi juga memiliki implikasi psikologis dan sosial yang lebih luas. Beberapa dampak yang dapat diamati antara lain:
1. Konflik Internal
Pelaku closingan sering mengalami konflik batin antara keinginan untuk "bersenang-senang" sebelum Ramadan dan kesadaran akan nilai-nilai agama yang dianut. Hal ini dapat menimbulkan rasa bersalah dan kecemasan.
2. Penurunan Kualitas Ibadah
Kebiasaan closingan dapat mempengaruhi kesiapan mental dan spiritual seseorang dalam menyambut Ramadan. Akibatnya, kualitas ibadah di awal Ramadan mungkin tidak optimal karena masih terbawa efek dari aktivitas closingan.
3. Stigma Sosial
Masyarakat yang mengetahui perilaku closingan seseorang mungkin akan memberikan label negatif, yang dapat memengaruhi hubungan sosial dan reputasi individu tersebut.
4. Normalisasi Perilaku Negatif
Fenomena closingan yang semakin populer dapat menormalisasi perilaku yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai agama dan sosial, terutama di kalangan generasi muda.
5. Tekanan Peer Group
Bagi sebagian orang, terutama remaja dan dewasa muda, closingan bisa menjadi bentuk konformitas terhadap tekanan kelompok sebaya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan keyakinan pribadi mereka.
Alternatif Positif untuk Menyambut Ramadan
Alih-alih melakukan closingan yang cenderung negatif, terdapat banyak alternatif positif yang dapat dilakukan untuk menyambut Ramadan dengan lebih baik. Beberapa di antaranya adalah:
1. Meningkatkan Ibadah secara Bertahap:
Mulailah meningkatkan intensitas ibadah wajib dan sunah secara perlahan beberapa minggu sebelum Ramadan. Hal ini akan membantu tubuh dan pikiran untuk beradaptasi dengan rutinitas ibadah yang lebih intens selama bulan puasa.
2. Memperbanyak Membaca Al-Quran
Tingkatkan frekuensi membaca Al-Quran dan pelajari tafsirnya. Ini akan membantu meningkatkan pemahaman spiritual dan mempersiapkan diri untuk tadarus yang lebih intens selama Ramadan.
3. Berpuasa Sunah
Lakukan puasa sunnah di bulan Sya'ban, seperti puasa di hari Senin dan Kamis atau puasa putih (tanggal 13, 14, 15 bulan Hijriah). Ini akan membantu tubuh beradaptasi dengan puasa Ramadan.
4. Bermuhasabah dan Introspeksi Diri
Luangkan waktu untuk melakukan evaluasi diri, mengidentifikasi kelemahan, dan merencanakan perbaikan diri. Ini akan membantu dalam menetapkan tujuan spiritual yang ingin dicapai selama Ramadan.
5. Memperbaiki Hubungan Sosial
Manfaatkan waktu menjelang Ramadan untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman, dan tetangga. Minta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat dan perbaiki silaturahmi.