Profil Wilhelmina, Ratu Belanda yang Terkenal Tegas dan Menolak Kemerdekaan RI
Reporter
Mutmainah J
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
22 - Feb - 2024, 01:27
JATIMTIMES - Wilhelmina merupakan Ratu Belanda yang memimpin selama kurang lebih 58 tahun. Ia menjadi satu-satunya ratu di dunia yang tidak rela dengan kemerdekaan Indonesia.
Sebagaimana yang telah diketahui, Indonesia telah mengalami masa kolonialisme hingga berabad-abad.
Baca Juga : Dipimpin Widodo C Putro, Arema FC Siap Tempur Hadapi Klub Raffi Ahmad
Hingga pada 17 Agustus 1945, Indonesia menyatakan diri sebagai negara yang terbebas dari segala bentuk penjajahan.
Lantas, seperti apa sosok di balik Wilhelmina, satu-satunya ratu di dunia yang menolak kemerdekaan RI?
Profil Ratu Wilhelmina
Melansir Wikipedia, Ratu Wilhelmina lahir di Den Haag, Belanda, pada tanggal 31 Agustus 1880. Nama lengkapnya adalah Wilhelmina Helena Pauline Maria.
Dia adalah anak tunggal dari Raja Willem III dan istri keduanya, Ratu Emma. Wilhelmina sebenarnya memiliki tiga saudara laki-laki, tetapi semuanya meninggal dunia. Wilhelmina mewarisi takhta ayahnya dan dilantik menjadi ratu pada usia 10 tahun. Karena masih anak-anak, ibunya, Ratu Emma, memerintah sebagai wali sampai Wilhelmina mencapai usia 18 tahun. Meskipun begitu, Ratu Wilhelmina memimpin negara dari tahun 1890 hingga 1948.
Masa kekuasaan Ratu Wilhelmina adalah yang terpanjang dalam sejarah Kerajaan Belanda, mencakup perang dunia pertama, perang dunia kedua, krisis ekonomi, dan jatuhnya Belanda sebagai penguasa kolonial. Pada tanggal 7 Februari 1901, Ratu Wilhelmina menikah dengan Pangeran Hendrik dari Mecklenburg-Schwerin.
Masa Kekuasaan
Bersikap taktis dan hati-hati dalam masa kekuasaan - di luar dugaan dan harapan rakyat dan para anggota DPR - Wilhelmina menjadi pribadi yang sangat kuat. Kualitas ini tercermin dalam masa awal kekuasaannya di usia 20 tahun, Ratu Wilhelmina memerintahkan angkatan perang menuju Afrika Selatan untuk membantu Paul Kruger presiden dari wilayah Transvaal. Untuk itu, Wilhelmina memperoleh pengakuan internasional.
Wilhelmina menunjukkan sikap tidak senang terhadap Kerajaan Britania, yang menganeksasi Republik Transvaal dan Orange Free State dalam Perang Boer. Kaum Boer adalah keturunan Belanda pertama di mana Wilhelmina merasa sangat dekat dengan mereka.
Ratu Wilhelmina juga dikenal mahir dalam mengelola bisnis dan investasi, membuat dia sebagai salah satu wanita terkaya di dunia. Investasinya merambah Amerika Serikat dan sampai ke sumur minyak di wilayah Hindia Belanda.
Berpengaruh di Perang Dunia I
Meskipun Belanda bersikap netral dalam Perang Dunia I, investasi Jerman yang besar di Belanda, ditambah dengan hubungan perdagangan yang erat, memaksa Inggris memblokade pelabuhan-pelabuhan Belanda untuk melemahkan Jerman.
Dalam perang, Wilhelmina menjadi "Ratu-Pengawal." Ia selalu waspada terhadap serangan Jerman, khususnya di awal perang. Namun ancaman terhadap kedaulatan muncul dari Inggris dan AS yang memblokade kapal dagang dan kargo - untuk memutus upaya perang pihak Jerman. Hal ini menyulut ketegangan antara Belanda dan kekuatan Sekutu.
Baca Juga : Hari Kedua Capacity Building RSSA: mulai Senam Bersama hingga Uji Kekompakan
Kerusuhan sipil, disulut oleh Revolusi Bolshevik Rusia tahun 1917, mencekam Belanda setelah perang. Seorang pemimpin sosialis, yang bernama Troelstra mencoba merebut kekuasaan Ratu dan pemerintah. Ketimbang revolusi, Troelstra ingin mengontrol Tweede Kamer, badan legislatif Belanda, dan berharap meraihnya lewat pemilu yang diyakini akan didukung oleh kaum pekerja.
Namun popularitas sang ratu muda membantu kepercayaan diri pemerintahan. Wilhelmina menggalang dukungan massa dengan menunggang kuda bersama putrinya di kereta terbuka. Rupanya revolusi ini tidak berhasil.
Perang Dunia II
Pada tanggal 10 Mei 1940, Jerman Nazi menyerbu Belanda. Wilhelmina dan keluarganya mengungsi ke Inggris 3 hari kemudian. Sebenarnya Wilhelmina masih ingin mempertahankan Belanda dari serangan tersebut. Ia merencanakan untuk pergi ke Zeeland bersama pasukannya untuk mengatur koordinasi serangan dari kota Breskens sambil menanti bantuan - yang diperkirakan sama seperti dialami oleh Raja Albert I dari Belgia selama Perang Dunia I. Ia naik kapal Inggris di Den Haag yang akan membawa dia kesana.
Namun saat ratu berada di kapal, kapten kapal menyatakan dia dilarang mengontak pantai wilayah Belanda karena Zeeland sedang diserang oleh AU Jerman (Lutwaffe) dan terlalu berbahaya untuk kembali. Wilhelmina memutuskan pergi ke Inggris di mana ia memimpin pemerintahan dalam pengasingan.
Seusai perang, Ratu Wilhelmina memutuskan untuk tidak tinggal di istana namun pindah ke sebuah rumah di Den Haag selama 8 bulan dan mengunjungi seluruh pelosok negeri untuk memotivasi rakyat Belanda. Kadang-kadang ratu menggunakan sepeda.
Masa-masa Akhir Kekuasaan
Pada tanggal 4 September 1948, Wilhelmina menyerahkan tampuk kekuasaan kepada anaknya, Putri Juliana.
Ia juga menulis otobiografi yang berjudul: Eenzaam, maar niet alleen (Kesepian tetapi bukan Kesendirian).
Ratu Wilhelmina meninggal dunia pada tanggal 28 November 1962 dan dimakamkan di Nieuwe Kerk di kota Delft, pada tanggal 8 Desember 1962.