Makanan Kesukaan Sultan Agung Ternyata dari Arab, Diadopsi ke Betawi Jadi Nasi Uduk
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Yunan Helmy
05 - Jul - 2023, 07:28
JATIMTIMES - Tahukah kalian bahwa makanan kesukaan Sultan Agung Mataram sejatinya adalah nasi Arab. Namun karena di Jawa, susah untuk menemukan bumbu-bumbunya sehingga Sultan Agung membuat variasi nasi Arab di Jawa yang kemudian dinamakan nasi wudhu.
Pernyataan itu disampaikan Ustaz Salim A Filah saat berceramah yang dilansir YouTube Marwah TV. "Jadi jangan salah beliau itu favoritnya nasi Arab. Tetapi karena di Jawa ya, kadang-kadang agak susah menemukan bumbu-bumbunya, beliau bikin satu variasi nasi Arab untuk beliau yang kemudian bisa dinikmati bersama. Nasi ini dinamakan nasi wudhu," ungkap Ustaz Salim.
Baca Juga : Satu Lagi Jemaah Haji Asal Jombang Meninggal Dunia Akibat Sesak Nafas
Apa itu nasi wudhu? Menurut Ustaz Salim, nasi wudhu adalah nasi yang harus dipususi, dibersihkan, disucikan dulu. Kemudian dicampur dengan yang suci. Yang suci itu warnanya putih, namanya santan.
"Kalau nasinya wudhu, habis wudhu salat. Siapa yang salat, dipilihlah ayam dimasak namanya ingkung. Ingkung itu ayam dimasak utuh dalam posisi dia diikat seperti orang yang sedang sujud. Makanya lauknya nasi wudhu adalah ayam ingkung. Supaya ingkung yakni eling nyekungkung. Nyekungkung itu sujud tapi sekaligus juga eling dzikrul maut, besok bakale mati," jelas Ustaz Salim.
Kemudian pelengkap nasi wudhu dan ingkung adalah sambal gepleng. Sambal gepleng adalah sambal dari kedelai ditumbuk bersama cabai, bawang dan garam.
"Sambel gepleng ini maksudnya sergep geleng-geleng. Banyaklah berzikir kepada Allah, Lailaha Ilallah, Lailaha Ilallah, Lailaha Ilallah," terang dia.
Lebih lanjut Ustaz Salim menjelaskan betapa pada zaman Mataram itu, makanan saja ngajak untuk zikir, ngajak salat, dan ngajak wudhu. Jadi, nasinya wudhu, ayamnya ingkung salat, sambelnya gepleng zikrullah.
"(Makanan) ini dibawa pasukan Mataram ketika menyerbu ke Batavia tahun 1628 sampai 1629. Makan di sana masih bener nasi wudhu pakai ingkung pakai sambel gepleng," jelas dia.
Baca Juga : 8 Alat Elektronik Dapur yang Wajib Dimiliki, Beli Pakai Promo Juli!
Kemudian makanan itu diadopsi-lah oleh orang Betawi. Nasi wudhu menjadi nasi uduk. "Jadi bid'ah karena ada semur jengkolnya, ada sambal goreng kentangnya, gitu ya. Ayamnya sudah tidak diingkung," ujar Ustaz Salim.
"Jadi, nasi uduk itu hasil bid'ah dari suatu ajaran sunah yang namanya sego wudhu. Ini orang Betawi harus tahu," sambung dia.
Ustaz Salim kembali menegaskan betapa pada Dinasti Mataram, agama diletakkan dalam segala sendi kehidupan. Mulai dari makanan, pakaian, tata bangunan dan segala halnya. Hal itu dilakukan supaya orang memahami dan melaksanakan. Karena kalau kitab dibakar gampang, tetapi kalau simbol susah dihilangkan
"Kalau kitab dibakar, selesai. orang ceramah dibunuh rampung. Tapi simbol sulit dihancurkan. Dan inilah yang kemudian dimaksudkan ketika itu sebagai suatu dakwah perlawanan melawan penjajahan," tegas Ustaz Salim.