Kisah Legendaris Ki Ageng Anom Besari Caruban, Sebarkan Islam dengan Nyamar Jadi Pedagang Gerabah
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
12 - Apr - 2023, 06:09
JATIMTIMES - Bicara warisan sejarah, Madiun adalah daerah dengan warisan sejarah luar biasa. Kebesaran Madiun dibuktikan dengan keberadaan makam-makam kuno para tokoh besar yang hidup di masa silam yang berhasil merubah peradaban. Salah satu tokoh besar itu adalah Ki Ageng Anom Besari.
Ramadan hampir mendekati akhir. Nampak seorang pria berusia paruh baya duduk di angkringan kawasan Makam Kuncen Kabupaten Madiun. Pria itu memakai topi, dialah Lamiran yang saat ini mendapatkan amanah sebagai juru kunci Makam Kuncen.
Baca Juga : Ke Banjarmasin, 2 Wisata Religi Ini Miliki Interior Menarik dan Perlu Dikunjungi
Di Madiun ada dua makam Kuncen. Pertama adalah Makam Kuncen yang masuk wilayah Kota Madiun. Orang-orang lebih sering menyebutnya makam kuncen kota. Salah satu tokoh yang dimakamkan di tempat ini adalah bupati pertama Madiun Pangeran Timoer.
Berjarak sekitar 20 kilometer ke arah timur dari Makam Kuncen Kota Madiun terdapat makam kuncen lain yang masuk wilayah Kabupaten Madiun. Orang-orang sering menyebutnya dengan Makam Kuncen Caruban. Ya, makam kuncen yang kedua ini berada di wilayah Kecamatan Caruban Ibukota dari Kabupaten Madiun. Salah satu tokoh besar yang dimakamkan di tempat ini adalah Ki Ageng Anom Besari.
Di tulisan kali ini JATIMTIMES akan mengajak pembaca untuk mengulas tentang sejarah Ki Ageng Anom Besari. Nama tokoh satu ini memiliki tempat tersendiri dan hingga saat ini begitu dicintai oleh masyarakat Madiun. Ki Ageng Anom Besari Caruban menyandang gelar Raden Neda Kusuma. Sejumlah sumber tutur menyebut ia keturunan ke-14 dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.
“Makam Kuncen Caruban ini luasnya 2,5 hektare. Tokoh paling terkenal yang dimakamkan disini adalah Ki Ageng Anom Besari,” kata Juru Kunci Makam Kuncen Caruban, Lamiran.
Ki Ageng Anom Besari mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menyebarkan Agama Islam. Catatan sejarah menyebutkan, dalam menyebarkan Islam beliau menyamar sebagai seorang pedagang gerabah. Dengan begitu Mbah Anom Besari leluasa berkeliling kampung. Ia bisa bersilaturahmi ke rumah-rumah warga tanpa khawatir diawasi Belanda.
Belanda yang saat itu baru tiba di Nusantara tak mengira laki-laki yang menjajakan gerabah dari rumah ke rumah warga itu adalah ulama penyebar Islam. Karenanya banyak yang menyebut Ki Ageng Anom Besari dengan nama Ki Ageng Nggrabahan. Tuisan nama Ki Ageng Nggrabahan hingga kini masih terpasang di pusara makam Ki Ageng Anom Besari.
Sayangnya, belum ditemukan sumber yang menceritakan bagaimana perjalanan Ki Ageng Anom Besari mengenalkan Islam dalam masyarakat Caruban. Yang jelas, kiprahnya yang melegenda membuat namanya benar-benar harum, terus dikenang dan makamnya tidak pernah sepi peziarah.
Dari garis silsilah, Ki Ageng Anom Besari adalalah putera dari Syekh Mursyad atau dikenal pula dengan sebutan Syekh Abdul Mursyad dari Kediri yang hidup di masa Kasultanan Demak. Dari garis silsilah yang diterbitkan Yayasan Kemanusiaan Syech Abdul Mursyad Kediri, Syech Mursyad adalah putera Pangeran Demang II Ngadiluwih. Kakek Syech Mursyad adalah Pangeran Jalu alias Pangeran Demang I putera dari Raden Panembahan Wirasmoro. Jika ditarik keatas, Panembahan Wirasmoro adalah putera Sunan Prawoto (Raja Demak Ketiga). Ditarik keatas lagi Sunan Prawoto adalah putera Sultan Trenggana (Raja Demak Kedua). Sultan Trenggana adalah putera Raja Demak pertama Raden Patah.
Dari garis silsilah ini tak diragukan lagi Ki Ageng Anom Besari masih satu keluarga dinasti dengan Bupati Pertama Madiun Pangeran Timoer. Dari garis silsilah Kasultanan Demak, Pangeran Timoer adalah saudara Sultan Trenggono dan Ratu Kalinyamat. Ketiga tokoh besar ini juga masih saudara dari Ratu Mas Cempaka ibu dari Joko Tingkir. Joko Tingkir di kemudian hari menjadi Raja Kasultanan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
Baca Juga : Memasuki 10 Malam Terakhir Ramadan, Kenali Ciri-Ciri Orang yang Mendapatkan Lailatul Qadar
Ki Ageng Anom Besari menikah dengan Nyai Anom Caruban. Dari pernikahan ini lahir tiga orang putera masing-masing Abdul Rahman atau Kiai Ketib Anom, Kiai Mohammad Besari, dan Kiai Nur Sadiq.
Kiai Abdul Rahman setelah meninggal dunia dimakamkan di Kalangbret, Srigading, Kabupaten Tulungagung. Abdul Rahman berputera Kiai Basaruddin yang kemudian melahirkan keturunan Kiai Ambiya di Srigading Kabupaten Tulungagung. Dari Kiai Ambiya melahirkan keturunan Kiai Ali Maklum, pendiri pesantren Banjarmlati. Sisa peninggalannya adalah Mesjid Al-Alawi Banjarmlati. Mesjid ini dikenal sebagai ”punjer” atau sumber pesantren-pesantren di Kediri.
Dari Kiai Ali Maklum ini kemudian lahir para pendiri pesantren besar di Kediri, baik dari putera sendiri maupun menantu. Putera-puteri dari puterinya, Nyai Rubiah menikah dengan Kiai Abror melahirkan Kiai Sholeh Banjarmlati.
Putera Ki Ageng Anom Besari Caruban lainnya adalah Kiai Muhammad Hasan Besari, Ponorogo. Artinya Mbah Hasan Besari Ponorogo merupakan cucu Mbah Mursyad Kediri. Kiai Hasan Besari Ponorogo memiliki putra, Kiai Zaenal Abidin, yang kemudian menjadi raja Selangor, Malaysia.
Ki Ageng Anom Besari wafat pada tahun dan dimakamkan di Pasarean Kuncen Caruban. Makamnya berada di lahan seluas 2,5 hektare. Makamnya berukuran sekitar 11x 11 meter. Di sekitar makam banyak terdapat pundung atau gundukan tanah. Tanah yang menggunduk tersebut ditengarai terkait dengan sebutan Ki Ageng Nggrabahan.Tanah tersebut juga ditengarai sebagai bahan gerabah. Di nisanya terdapat tulisan beliau wafat pada taun 1658.
Di dalam komplek area makam tersebut juga terdapat makam-makam pejabat tinggi Kasultanan Mataram. Diantaranya Pangeran Mangkudipuro (Adipati Madiun ke-13) serta para Bupati Caruban dan kerabatnya antara lain Raden Cokorokusumo I, Raden Cokorokusumo II, Raden Tumenggung Notosari, Raden Tumenggung Wignyosubroto, dan Raden Tumenggung Djayengrono.Desa Kuncen Kabupaten Caruban ditetapkan sebagai tanah perdikan karena merupakan tempat peristirahatan terakhir para bangsawan dari Kasultanan Mataram.