Lestarikan Budaya, Seniman Jombang Upacara dengan Bahasa Jawa

17 - Aug - 2015, 05:54

KHIDMAT: Cak Besut, salah satu tokoh dalam kesenian Besutan, jadi pemimpin upcara berbahasa Jawa memperingati HUT ke 70 Republik Indonesia di Sanggar Tari Lung Ayu, Jombang. (Mardiansyah Triraharjo/jombangtimes)

JEMBERTIMES – Selalu ada cara bagi setiap orang merayakan HUT kemerdekaan ke 70, selain dalam bentuk lomba. Seperti yang dilakukan sejumlah seniman tari bersama puluhan warga di Dusun Subentoro, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Senin (17/8/2015) yang menggelar upacara bendera di pinggir sawah. Yang menarik, bahasa Jawa dipakai pada seluruh protokol upacara.

Upacara dimulai dengan pembacaan rantaman tata adicara (susunan acara) yang dibacakan salah satu peserta. Kemudian dilanjutkan dengan aba-aba samapta baris, obah! (siap, grak) yang diteriakkan Sumo Gambar, tokoh kesenian Besutan yang menjadi pemimpin pasukan. Baru setelah itu, Cak Besut, tokoh kesenian Besutan lainnya, kemudian masuk ke tengah lapangan sebagai pemimpin upacara.

“Pakurmatan marang pangarsa upacara, kapimpin pangarsa pasukan sisih tengen,” kata pembawa acara, yang isinya memberi tahu ada penghormatan kepada pemimpin upacara.

Protokol terus berlanjut, mulai dari ngerek dwaja (pengibaran bendera) hingga waosan donga (pembacaan doa) dan pasukan kabuyarake (pembubaran pasukan). Tak seperti peserta upacara pada umumnya, mereka yang berkumpul di lokasi upacara mengenakan busana tradisional kebaya dan jarik bagi peserta perempuan. Sedangkan untuk peserta laki-laki, memakai baju khas kesenian remo dan besutan.

Saat pengibar bendera memasuki lapangan, diiringi dengan alunan musik gamelan. Para seniman ini mengaku sengaja menggelar upacara dengan bahasa Jawa sebagai protokol. Alasannya, sebagai bentuk keprihatinan karena lebih dari 50 bahasa daerah di Indonesia (termasuk bahasa Jawa), semakin terancam punah.

“Upacara dengan menggunakan bahasa Jawa, karena kami ingin melestarikan bahasa Jawa sebagai pusaka bangsa dan budaya warisan leluhur,” ujar Dian Sukarno, Ketua penyelenggara upacara.

Meski menggunakan bahasa Jawa, namun secara konsep tetap mengacu pada aturan protokol upacara kenegaraan secara umum. Pihaknya tak menampik, jika sampai tiga kali penyelenggaraan upacara ini, peserta masih dominan berasal dari peserta didik Sanggar Tari Lung Ayu. Namun, Dian optimis untuk tahun-tahun selanjutnya, warga sekitar akan mau berpartisipasi dalam upacara.

“Kami mendapat dukungan dari TNI melalui Babinsa di Sumbermulyo, jadi mudah-mudahan tahun depan bisa menggandeng peserta upacara yang lebih banyak,” pungkasnya. (*)